Powered By Blogger

Minggu, 21 Agustus 2011

LEGENDA PUTRI SILU (SILUQ) LARI KEPUSAT AIR MEMBAWA TUAH NEGERI MENDATANGKAN BENCANA KEMARAU PANJANG DI KUTAI

DIKISAHKAN OLEH NEK ESAH ALIAS NEK MANANG WARGA DESA MUARA KAMAN ILIR

            Kisah ini dimulai dengan lantunan lagu yang disebut neroyong sebagai berikut :

Dinegeri kutai dulu hikatnya, Hiduplah kejuntaian di dunia longa, Bukanlah dewa lain manusia, Sebagai pemberi alamat sealam raya.

Tujuh saudara hidup rukun dan tentramya, Penjaga alam kutai yang kaya-raya, Sayus kakak yang paling tua, Orangnya pintar pandai bahasa.

Songo kakak yang kedua, Orang kuat baik hatinya, Tapi saying bodoh orangnya, Hingga menjadi cerca para saudara.

Silu kakak ke tiga cantik molek parasnya, Selalu membawa tuah pada manusia, Negeri kutai ditinggalkannya, Karma takut besahu dengan kakak tertua

 Sirumbai kaca kakak kempatnya, Sipatnya santun dan bersahaja, Tulus hati pemberi semengat hidup manusia, Karma memberi tidak mengarap apa-apa.

Rumbai nenang kakak kelima,  Jujur hati penyejuk jiwa, Banyak orang kagum padanya, Sopan santun tutur bahasanya.

Sinaning kakak keenam yang susah hidupnya, Orangnya sabar  tegar  hatinya, Pemelihara semengat hidup didunia, Sangat arif dan bijaksana.

Sentanglah yang paling bungsu, Orangnya lugu serta pemalu, Tapi diasenang selalu membantu, Walaupun dia ditinggalkan ibu.

Tujuh saudara hidup bersatu, Dalam tugas bahu membahu, Jadi Alamat pastilah tentu, Kepada mahluk hidup diberitahu.

            Cerita ini dikisahkan pada suatu hari terjadilah, hal yang memalukan, yang disebut sahu (tabu) karna perbuatan yang tidak layak dilakukan oleh orang yang bersaudara kandung, kejadiannya takala terjadi hujan lebat dan atap rumah mereka mengalami kebocoran sehingga Sayus naik keatap rumah dan melihat adiknya Silu sedang memasak di dapur, dan taah (Kain sarung) yang dipakai silu sedikit terbuka dan memperlihatkan lekuan tubuhnya yang memang tiada tara indahnya dan kulit yang putih kuning serta paras yang cantik membuat darah sayus berdebar jantungya dan timbulah napsu birahinya, niat jahat itu lah yang akhirnya menjadikan pertikaian antara adik dan kakak.

            Silu sudah mantap hatinya ingin berpisah dari saudara-saudaranya maka dibuatlah lanting besar (rakit) dari haur kuning (bambu kuning), dan lengkap dengan perbekalan harta pusaka serta manok sakan betina, (ayam hutan) kesayangan saniang jangkat dibawanya pula menurut cerita ayam ini lepas persis di Muara Kaman yang meninggalkan telur di gua bukit berubus, karena terburu-buru Silu lupa mengambil telur ayam tersebut hingga saniang jangkat mendatangkan bala (bencana), kemarau panjang saniang hanya mau menghilangkan sumpahnya jika ada binatang yang sanggup menetaskan telur tersebut. Dalam hikayat lain diceritakan bahwa hanya seekor lembulah yang dapat mengerami telur tersebut sehingga menjadi batu lembu tersebut kemudian dinamai lembu ngeram.

            Sejak meninggalkan kampong halamanya silu menyusuri sungai mahakam, dan Sayus merasa bersalah sehingga di suruh oleh para saudaranya agar membawa adiknya kembali, karena Silu enggan lagi tinggal bersama dia tidak mau pulang, maka berbagai rintangan di buat untuk menghambat kepergian silu diantaranya di buat ulak Besar di Muara Kaman, Ulak Yupa beserta Pulaunya dan tiga pulau lainya yakni Pulau Kumala di Tenggarong dan Pulau Jerang di Jembaian tanahnya di ambil dari Gunung Betutu dan Gunung Malang di Senoni dan di muara sungai Mahakam ditanami bakau namun semua itu berkat kesaktian dan tuah silu dapat melanjutkan perjalananya sampai ke pusat air (Samudra Indonesia sekarang) yang berada selatan Pulau Jawa menurut cerita ini Putri Silu dikabarkan ditangkap oleh Raja Naga penguasa laut pantai selatan Jawa dan akhirnya menjadi penguasa pantai selatan maka silu sering memberikan tuah pada rakyat di sekitar pantai selatan, apakah Putri  Silu adalah Ratu Segoro Kidul saya bertanya dan dijawab Allahualam Bin Sawab kehendak tuhanlah yang akhirnya membuat negeri di Jawa itu dibangun dari hasil alam dan bumi Kutai yang kaya karena, adapula sumpah raja kutai apabila anak cucuku melewati batas wilayah selatan tanah Jawa maka tuah dan kesaktiannya akan hilang di ambil oleh Putri Silu.

            Sepeninggal Putri Silu, negeri kutai semakin kacau, Sayus dikabarkan lari ke daerah perbatasan Balikpapan dan Panajam di Pasir sekarang disana dijumpai gua yang digambari silu dengan alat kelamin peria dan wanita entah apa sebabnya itulah tanda penyesalanya yang digambarkan Sayus akibat perbuatannya semua makluk hidup di kutai mendapatkan bala (bencana).

            Lain lagi sungai mahakam yang besar dan dalam airnya hampir kering karena kemarau panjang membuat bangsa para binatang ambil bagian dalam babak cerita ini. Ditengah kegelisahan makluk hidup dikutai hanya berharap semoga kejadian ini cepat berlalu, dalam dongengnya Dongengya Nek Esah bercerita tentang perilaku para binatang pada waktu itu, para binatang dikumpulkan guna membahas masalah apa yang sebenarnya terjadi Raja segala binatang mengadakan pertemuan di Udara rajanya burung Bunia atau Rembewang (Raja Wali) lajim disebut Burung Garuda, di hutan dikuasai Remaong (Singa) dan di Air dikuasai Ikan Pesut (Lumba-Lumba) entah bagaimana Cuma cerita ini dikisahkan akhirnya banyak para binatang yang mendapat hukuman seperti, Bebek di hukum tidak bias terbang jauh gagal mengerami telur Sakan dan Burung Coek dihukum mencari makan hanya di malam hari karma dalam mencari Silu dialakukan hanya malam hari,serta Tikus menggali tanah pada waktu disuruh Sayus membuat tiga pulau maka seumur hidupnya dihukum menggali tanah, sedangkan Burung ketinjau (Kutilang), dianugerahi sumpah apabila manusia memakan daginya akan terjangkit penyakit kodong (Kudisan), dan diberi suara yang merdu karena dilah yang menijau dan memberitahukan bahwa sebab terjadinya kemarau oleh perbuatan Sayus ingin bersahu kemudian telur manok sakan (ayam hutan) kesayangan saniang jangkat dierami lembu sampai jadibatu, cerita ini kemudian menjadikan mistik batin Lembu Ngeram menjadi Lambang Kerajaan Kutai Martapura di Muara Kaman.

            Pertemuan Putri silu dengan utusan dari Kutai, siapa gerangan yang menemui silu, Nek Esah menjawab alkisah seekor Kupu-kupu meminta persetujuan Saniang apabila dirinya berhasil menemui si Putri Silu maka dia meminta apabila kemarau sudah berhenti dan pohon serta tanaman lain berbunga maka bangsanyalah yang harus mencicipi terlebih dahulu sari-sari madu dari bunga-bunga tersebut, dan permintaanya dikabulkan oleh Saniang, dan berangkatlah kupu-kupu menuju pusat air, sesampainya di tepi laut kupu-kupu menaiki buyah air (Gelembung Air), hingga berbulan bulan kupu-kupu mencari Putri Silu dan akhirnya pertemuan itulah kupu-kupu menerima pesan Putri Silu agar disampaikan kepada makluk hidup di kutai, bahwasanya dirinya tidak dapat kembali lagi dan dia memberikan alamat bahwa apabila manusia ingin mendapatkan tuah maka buatlah Saniang Ayu sebagai perlambang batinku dan aku akan datang tanpa dilihat mata dan akan memberikan padah bagi ganjaran hubungan antara alam gaib dan kehidupan nyata manusia di kutai.

Kajian Mistik Ilmiahnya yang kita dapat dari cerita ini antara lain. Bahwa tiang ayu adalah penghubung alam gaib dan kehidupan nyata inilah yang terjadi disetiap upacara Erau yang dimulai dengan mendirikan ayu dan diakhiri dengan merebahkan ayu, agar dapat mendatangkan tuah bagi negeri kutai. Berdirinya ayu dan rebahnya ayu mengandung arti dan makna bahwa upacara tersebut memiliki awal dan akhir, serta upacara besawai menjamu, merangin,  berarti upacara ini mempunyai wawasan luas menghormati semua kemumulan, kejuntaian, serta pengalasan yang ada ditanah Kutai pada zaman dahulu.

AYUS DAN SILUQ (versi Dayak Tonyooi)

Pada zaman dahulu, hiduplah Ayus dan Siluuq. Keduanya merupakan kakak beradik. Ayus berjenis kelamin laki-laki dan Siluuq adalah perempuan. Ayus berwatak suka masuk hutan dan berburu, sedangkan Siluuq adalah seorang petugas ritual belian.
 Ayus setiap hari pergi berburu, sedangkan Siluuq pergi mengobati orang meminta bantuannya dengan ritual belian.
Pada suatu hari Ayus pergi ke hutan untuk berburu dengan membawa seeokor anjing  dan tombak.  Setibanya Ayus di dalam hutan, maka anjingnya dengan gesit mengejar dan menyalak binatang buruannya, yakni babi hutan. Suara anjing menyalak tersebut seakan memecahkan keheningan rimba belantara. Tidak susah bagi Ayus dan anjingnya untuk mendapatkan binatang buruan, karena anjingya itu sangat galak dan buas terhadap binatang buruan yang ditemuinya. Ayus juga memiliki keahlian untuk menangkap binatang buruannya. Setelah membunuh babi hutan itu, maka segera dibawanya pulang untuk secepatnya dimasak.
 Sesampainya di rumah, maka Ayus langsung mencincang daging babi tersebut, kemudian Ayus memerintahkan adiknya,  Siluuq untuk segera memasak daging babi tersebut. ”Siluuq …!”, kata Ayus memanggil adiknya. Tolong kamu masak daging babi ini … !.
 “Ah,  saya tidak bisa … , kamu saja yang memasak …!, jawab Siluuq tegas dan ketus.
 Lantas Ayus menjawab lagi, “Lho … apa yang membuatmu tampak repot sekali …?
Siluuq menjawab, “Saya harus segera datang ke tempat orang yang sakit, mereka baru saja datang ke mari minta bantuan saya untuk mengobati keluarganya yang sakit parah di rumahnya.”
Dengan agak jengkel Ayus menjawab i, “Setiap hari kerjamu itu-itu saja, pergi dan pergi terus, tidak pernah betah di rumah dan mengurus kegiatan di rumah kita ini.”
Namun Siluuq tetap pada pendiriannya, “Pokoknya kamu saja yang memasak daging babi hutan itu”.
Perdebatan sengit tidak dapat terelakkan lagi antara Ayus dan adiknya. Setelah Siluuq mendengar kakaknya yang marah-marah, maka ia ingin segera pergi jauh-jauh dari kakaknya, tetapi kakaknya selalu tidak mengizinkan. Akhirnya Siluuq berkata kepada Ayus, “Kalau kamu marah-marah terus dengan saya, maka lebih baik saya pergi dari rumah ini, dan biarlah kita hidup dengan kesibukan pekerjaan kita masing-masing”.
Dengan perasaan marah sang kakak menjawab, “Tidak bisa … pokoknya kamu tidak bisa pergi … dari rumah kita ini”.
Karena tidak mau ribut, kali ini Siluuq membatalkan kepergiannya, dan mereka menjadi damai dan tidak bertengkar lagi. Sejak itu, apapun yang mereka kerjakan selalu bersama-sama, kalau kerjaan itu  menyangkut pekerjaan di rumah. Tanpa disadari oleh Siluuq dan Ayus bahwa kebiasaan-kebiasaan mereka kembali terulang, yaitu Ayus pergi berburu, sedangkan Siluuq pergi mengobati orang sakit.
Di suatu pagi yang cerah, Ayus pergi berburu babi hutan yang merusak tanamannya di ladang malam tadi, dengan membawa satu ekor anjing dan sebuah tombak, sedangkan Siluuq ditinggalkannya sendirian di rumah. Dalam tempo yang tidak terlalu lama, Ayus sudah kembali dari hutan dan membawa pulang seekor babi. Sesampainya di rumah, maka disuruhnya Siluuq untuk memasak daging babi yang sudah dicincang di hutan tersebut. “Dik, panggil kakaknya, tolong kamu memasak daging babi hutan ini secepatnya, agar kita cepat makan dan tidak membusuk.” Tetapi apa yang terjadi, ternyata perintah kakaknya itu tidak digubris samasekali oleh Siluuq, bahkan dijawab dengan nada semakin menantang suruhan kakaknya itu kali ini.
Siluq menjawab, “Wah … tidak bisa kak …, karena saya buru-buru pergi mengobati orang yang sedang sakit keras. Tadi ada orang yang meminta bantuan saya.” Pokoknya kakak saja yang memasak, karena kakak tidak pergi kemana-mana lagi bukan ...?”
Perdebatan kali ini juga membuat Siluuq benar-benar kesal mendengar kakaknya yang selalu marah kepadanya, sehingga membuat Siluuq semakin nekat untuk pergi dari rumahnya. Siluuq berkata,  “Pokoknya saya harus pergi dari rumah ini, karena saya sudah tidak betah tinggal di rumah ini.”
Ayus mendengar omelan adiknya demikian, maka bertambah marah dan tetap melarang adiknya pergi dari rumah mereka. Ayus berkata, “Tidak bisa … sekali saya katakan tidak bisa,  ya tetap tidak bisa”, bentak Ayus kepada adiknya.
Siluq pun menjawah dengan tegas, “Biar kakak melarang saya untuk pergi, tapi saya tetap harus pergi. Ini demi kebaikan kita berdua, kalau kakak rindu kepada saya, maka kakak bisa saja pergi ke tempat saya.”
Meski telah ada penjelasan simpatik dari Siluuq tersebut, namun tetap saja Ayus melarang adiknya itu pergi, tapi Siluuq kali ini tidak menghiraukan lagi nasihat dari kakaknya.
Di pagi hari yang cerah, sang mentari menerangi cakrawala, kicau burung seakan-akan mengiringi  kepergian Siluuq, sebab Siluuq memang benar-benar pergi dari rumah. Segala kebutuhan di perantauan termasuk ayam kesayangannya, tak luput dibawanya serta, dengan hanya memakai sebuah sampan, Siluuq  milir ke Bilukng Belau.
Ayus sang kakak tetap tidak mengizinkan adiknya pergi, sehingga Ayus membuat batu penghalang di setiap sungai yang akan dilalui oleh Siluuq, tetapi upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Begitu batu penghalang itu selesai diciptakan oleh Ayus, maka suara kokok ayam Siluuq ternyata sudah berada jauh di sebelah hilir dari batu penghalang tersebut. Penghadangan demikian telah banyak dibuat oleh Ayus, agar adiknya tidak dapat pergi, namun semuanya tidak membawa hasil apa-apa, hingga akhirnya Siluuq sampai ke tujuannya, yaitu  Bilukng Belau.
Akhirnya Ayus dengan susah payah tiba juga di Bilukng Belau lantaran mengejar Siluuq, adiknya itu. Ayus dan Siluuq kembali hidup bersama di Bilukng Belau, tetapi bukan diartikan sebagai suami dan isteri, tetapi hanya sebatas hubungan kakak dengan adik, karena memang mereka bersaudara.
Dari sehari, sebulan bahkan hingga bertahun-tahun mereka hidup dengan tenteram dan damai. Namun, kebiasaan-kebiasaan mereka yang dulu kembali kambuh lagi.
Pada suatu hari, Ayus pergi berburu ke  dalam hutan belantara dengan seekor anjingnya. Tak lama lama anjing itu telah menyalak dengan seru sebagai pertanda bahwa telah ada binatang buruan. Dengan keahlian sang anjing, bahwa binatang buruan tersebut sudah mati diterkam anjingnya itu, tanpa bantuan Ayus sendiri. Ayus tinggal mengambil saja bangkai binatang tersebut dan membawa pulang.
Seperti kebiasaanya dulu, Ayus menyuruh adiknya memasak dan selalu mendapat sanggahan dari adiknya. Perseteruan kembali terjadi antara kakak-adik tersebut. Kali ini Ayus benar-benar marah kepada adiknya, sehingga adiknya itu mau dibunuhnya pada saat perkelahian tersebut.
Ayus berkata dengan geram, “Lebih baik kamu ini saya bunuh saja daripada saya mengharapkan kamu, namun kamu selalu tidak mau membantu saya,” ancam sang kakak.
Siluuq pun menjawab dengan tegar, “Silahkan saja kalau memang kamu berani membunuh saya”.
Ayus mengambil tombaknya dengan maksud membunuh Siluuq, tetapi tidak berhasil, karena Siluuq melawan dan merampas tombak yang dipegang Ayus. Ayus tidak bisa berbuat apa-apa lagi, karena semua senjatanya sudah berada dalam tangan Siluuq.
Siluuq sendiri hanya berniat merampas semua senjata dari tangan kakaknya, bukan bermaksud membunuh kakaknya. Namun Siluuq melampiaskan kemarahannya terhadap anjing kesayangan Ayus. Siluuq menendang anjing tersebut, sehingga berubah menjadi makhluk yang suka mengganggu pikiran manusia. Setelah itu Siluuq menendang babi hasil buruan Ayus yang berubah menjadi pohon bakau. Ayus hanya dapat berdiam diri melihat kesaktian adiknya tersebut.
Tidak hanya itu saja yang dilakukan oleh Siluuq, tetapi ia mengusir kakaknya, agar pulang ke Kampung halaman, yaitu ke  Benaliiq, di hulu muara Sentawar.
Konon kelakuan anjing yang disihir oleh Siluuq tadi, bisa merasuki pikiran orang, sehingga orang yang tadinya pendiam menjadi nakal. Orang yang patuh kepada orang tuanya, bisa berubah jadi berani melawan orang tuanya sendiri, dan masih banyak lagi kelakuan manusia yang aneh-aneh yang berasal dari sihir Siluq tersebut.
“Lebih baik kamu pulang saja ke Benaliiq dan membawa anjing jelekmu itu, karena anjingmu itu sangat senang merusak pikiran orang.”, kata Siluq setelah agak reda amarahnya.
“Biar kamu tidak menyuruh saya pulang, toh saya akan tetap pulang juga,” sambung Ayus.
Ayus berangkat mudik melalui sungai Mahakam dan singgah sebentar di Kutai Lama. Di Kutai Lama pada waktu itu telah diadakan Upacara Erau. Ayus mampir di Kutai Lama dengan maksud hanya menonton saja, akan tetapi Ayus malah ikut ambil bagian dalam sebuah pertandingan. Pertandingan tersebut adalah pertandingan yang disebut “tapi”  atau bebintisan atau adu kekuatan kaki. Satu persatu orang di situ sudah dikalahkan oleh seseorang yang sangat tangguh, sehingga tak seorang pun lagi yang berani menantangnya.
Orang itu mengundang, “Ayo … siapa lagi yang berani menantang saya, maka silahkan maju … ?” Tak seorangpun di antara penonton di arena itu yang berani menyambut tawaran tersebut.
Ayus merasa jengkel dan kesal melihat kecongkakan orang tersebut. Maka Ayus berkata, “Tunggu … saya yang akan bertarung dengan anda, seraya Ayus memukul-mukul dadanya sendiri.” Pertandingan itu dimenangkan oleh Ayus. Bintisan Ayus menyebabkan kaki pemuda tadi patah dan hancur sehingga  pemuda itu hanya bisa menggelepar-gelepar di tanah. Melihat pemuda tadi telah kalah dan tidak ada lagi yang bisa melawan Ayus bahkan sebaliknya mereka malah ingin membunuh Ayus. Jika keinginan membunuh Ayus itu pun gagal, toh  mereka sepakat untuk mengusir Ayus dari Kutai Lama.
Ayuus kemudian mudik ke hulu melalui sungai Mahakam dan singgah di Muara Pahu, dan di sinilah Ayus menunjukkan kesaktiannya dengan menancapkan tiang Lamin Raden Baroh, sehingga hampir setinggi tiang juga masuk ke dalam tanah.
Dari Muara Pahu, Ayus mudik lagi menuju ke Jelauu, di tempat ini kembali Ayus membuat patung yang menyerupai dirinya sendiri yang disebut Batuuq Sepatukng Ayus.
Dan Ayuus terus mudik sungai Pahu dan sampai ke Jerakng Dasak, di tempat ini pula Ayus memperlihatkan kesaktiannya di daerah tersebut, yaitu dengan memutar balikan pohon benggeris yang berdiameter delapan depa di situ, sehingga pohon benggeris terbalik, dengan daunnya di tanah dan akarnya di sebelah atas.
Ayus hanya sampai di daerah tersebut saja dengan memperlihatkan kesaktiannya, dan kemudian kembali milir dan masuk sungai Mahakam menuju tempat kelahirannya di Benaliiq di hulu muara sungai Sentawar. Dengan demikian, akhirnya Ayus dan Siluuq benar-benar berpisah menjalani kehidupan masing-masing untuk selama-lamanya.

sumber : http://djlantang09.blogspot.com/2010/10/ayus-dan-siluq.html

Asal - usul "AYAU" (berburu kepala manusia)

ALKISAH, pada zaman dahulu hiduplah sepasang suami isteri. Suami bernama Datu. Isterinya bernama Dara.
Setelah sekian tahun membina rumah tangganya, maka pasangan ini dikaruniai seorang anak perempuan yang bernama Ayaakng Serakaatn Tana. Ia dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh kedua orang tuanya hingga tumbuh sebagai gadis cantik jelita.
Kini tiba saatnya ia berumah tangga. Ayaakng dikawinkan dengan seorang lelaki yang konon berasal dari langit. Lelaki itu bernama Serempulukng Usuk Langit. 
Beberapa tahun kemudian pasangan ini dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi namanya Kilip oleh kakeknya Datu.
Kebahagian pasangan Ayaakng dan Serempulukng ini  berakhir dengan perceraian, setelah Kilip beranjak dewasa.
Sejak saat itulah Kilip hidup bersama dengan kakek dan neneknya Datu dan Dara. Sedangkan ibu Kilip sendiri pergi dan tinggal di bawah tanah bersama dengan Siriq Sincikng.
Konon pada suatu hari Datu pamit kepada isterinya untuk pergi. Ia katakan kepada isterinya, “Saya akan mencari buah yang aneh!” Tetapi sejak kepergiannya itu, Datu tidak pernah kembali lagi.
Pada suatu hari setelah sekian lama menunggu kakeknya, akhirnya Kilip mendapat tahu kalau kakeknya itu telah mati.
Menurut sahibul hikayat, konon dalam kematian pertama dari orang Dayak Tonyooi, sebagai ungkapan rasa berkabungnya, maka Dara harus memotong pendek rambutnya dan menutup mata dengan getah kayu, agar tidak bisa melihat laki-laki lain.
 Selama berkabung itu, Dara harus mengenakan baju dengan lengan pendek sebatas siku saja dan pakaian bawah yang disebut ulaap setinggi lutut. Adapun lama masa berkabung yang dijalani oleh Dara adalah 7 tahun, 7 bulan, dan 7 hari.
Pada suatu hari Dara berkata kepada cucunya, “Kilip, kamu adalah sosok manusia yang pandai dan cerdas, dan masa berkabung nenekmu  ini akan berakhir, jika kamu bisa membawa kepala manusia yang masih segara kepada saya.”
Atas perintah neneknya ini, maka Kilip berusaha mencari kepala manusia. Setelah mendapatkan kepala, maka ia membawanya pulang. Tetapi ternyata Kilip salah mengerti! Sang nenek berkata kepada cucunya itu bahwa, “Semuanya ini tidak sesuai dengan kepala yang dimaksudkan oleh sang nenek!”
Sambil mereka-reka tentang berbagai macam kepala manusia, maka Kilip kembali mencari kepala manusia. Namun kali ini, Kilip sudah sedikit mendapat petunjuk dari neneknya. Hanya saja tidak jelas bagi Kilip, kepala manusia macam apa yang diperlukan untuk mengakhiri masa berkabungya itu.
 Pada suatu hari setelah mendapatkan kepala manusia yang dibuang oleh seorang pencari ikan di sungai, maka Kilip memungut dan membawa serta memberikan kepala itu kepada neneknya dengan hati riang.
Tetapi apa kata Dara setelah menerima kepala manusia itu, “Kilip, kamu memang cucuku yang paling cerdik, hanya sayang nenekmu ini menginginkan kepala manusia yang masih baru, yang darahnya masih menetes.”
Tentu saja Kilip sangat terkejut mendengarkan penjelasan neneknya itu. Dan kekagetan Kilip tersebut sempat diketahui oleh neneknya.
Lantas Nenek Dara berkata, “Jika kamu memang laki-laki yang cerdik, cobalah panggil pengawal kakekmu dulu, mereka itu 8 orang bersaudara. Bila kamu ingin mencari kepala manusia yang baru, maka ajaklah mereka semua”.
Nenek Dara selalu memberikan semangat keberanian kepada cucunya.  Maka sejenak Kilip termenung memikirkan hal-hal yang dikatakan neneknya itu. Hatinya berkecamuk setiap kali memandang mandaunya yang digelari melelaaq. Suatu bayangan yang mengerikan, yaitu memenggal kepala manusia hidup-hidup. Itu bukanlah perkara gampang dan sepele adanya. Manakala Kilip membayangkan peristiwa itu terjadi nantinya, maka ia sangat ngeri.
Tetapi akhirnya Kilip memutuskan untuk melaksanakan tugas dari neneknya itu. Ia melaksanakan tugasnya itu setelah ia menemui para pengawal kakeknya. Mereka bersama-sama  bertualang ke beberapa tempat untuk mengadakan balaaq.
Kilip hampir putus asa, karena telah sekian lama balaaq bersama pengawal kakeknya itu, namun mereka tak kunjung mendapatkan kepala manusia.
Dirongrong oleh perasaan putus asa, maka kini Kilip memutuskan untuk pulang saja. Dan di puncak pengambilan keputusasaan itulah, rombongan balaaq berada di sungai Liasi.
Lantas mereka melihat seorang lelaki yang sedang mengangkat bubunya dari sungai. Tanpa pikir panjang, maka Kilip langsung mengayunkan mandau melelaaq-nya tepat pada leher lelaki yang bernama Tuhaatn Ranga.   
Setelah itu Kilip pulang. Setibanya di rumah Kilip berkata kepada Neneknya, “Inikah kepala manusia yang dimaksudkan Nenek?”
Lantas Kilip menyerahkan kepala yang masih meneteskan darahnya itu. Neneknya menerima kepala itu dengan penuh kegembiraan, kebahagiaan dan kepuasan batin. Sang Nenek tampak sangat ceria.
Selanjutnya dipersiapkanlah pelaksanaan upacara adat guna  mengakhiri masa perkabungan, yang disebut Pesengkeet Puaas Utaas.
Kilip dan kawan-kawannya membuat perlengkapan ritualnya dan memanggil Renootn Biyowo dan Goncaaq Lenciaakng untuk memimpin upacara adat tersebut.
Di puncak upacara adat ini, Dara dimandikan dengan air yang telah dicampur dengan darah babi, darah ayam dan darah kepala manusia dari hasil balaaq cucunya yang pemberani dan cerdasa itu.
Yang terakhir pemimpin upacara memutuskan tali ikat kepala, tali ikat rambut dan tali yang diikatkan pada pergelangan tangan Nenek Dara.
Tali-tali itu merupakan pertanda masa berkabungnya. Dan setelah semua tali itu diputuskan dalam upacara adat itu, maka  berakhirlah pula masa berkabung Nenek Dara.

Sumber cerita:
http://djlantang09.blogspot.com/2011/03/asal-usul-berburu-kepala-manusia-ayau.html

Senin, 15 Agustus 2011

Asal-usul Dayak Kenyah (Cerita Legenda)

Pada jaman dahulu kala Konon ada seorang pria bernama HAKA. Seorang saudagar kaya dari negeri Cina. Pekerjaannya adalah transaksi jual beli hasil bumi berkelana keseluruh penjuru dunia.

Singkat cerita, tibalah HAKA di pulau BORNEO/KALIMANTAN. ditemukannya sebuah gua untuk dijadikan tempat untuk beristirahat. Namun didalam gua tersebut, HAKA bertemu seekor naga yang sangat besar sekali. Diatas kepala sang Naga tampak berkilauan, dan ternyata kilauan cahaya tersebut berupakan pantulan dari sebuah Batu permata yang berada diatas kepala sang naga.

Haka kemudian berpikir, seandainya batu permata yang berada diatas kepala sang Naga itu dapat ia peroleh, tentunya ia akan jadi sangat kaya karena sudah barang tentu Batu Permata itu akan sangat mahal harganya. Dengan segala upaya HAKA berusaha untuk mengambil Batu Permata yang berada diatas kepala sang Naga, namun ia tidak berhasil. Karena kekuatan naga sangat luar biasa dengan semburan api yang sangat panas dari mulut sang Naga. HAKA pun menyerah, ia memutusjan untuk kembali pulang ke negerinya.

Sesampai di negerinya di Cina, HAKA pun menghadap Raja dan menceritakan tentang sang NAGA kepada baginda Raja. Mendengar cerita dari HAKA, Raja pun tertarik dan mengumpulkan seluruh pasukan kerajaan untuk mendiskusikan bagaimana agar bisa mengalahkan sang Naga dan mengambil Batu Permata yang ada di atas kepala sang Naga.

Akhirnya disepakati, seluruh pasukan yang akan diberangkatkan melawan sang Naga dibuatkan pakian anti api dengan persenjataan yang amat sangatlah lengkap. Berangkatlah bala pasukan dari negeri Cina berlayar menuju pulau Kalimantan bersama HAKA untuk membunuh sang Naga berada.

Pasukan kemudian dibagi menjadi dua bagian. Pasukan pertama naik kedaratan bersama HAKA menuju gua, dan pasukan kedua menunggu diatas kapal.

Pasukan yang dipimpin HAKA pun berangkat menuju gua dimana sang Naga berada. Sesampai di Gua, sang Naga sedang tertidur pula. HAKA memerintahkan kepada pasukannya untuk tenang dan jangan sampai menimbulkan suara. Dengan sangat hati-hati HAKA beranjak mendekati sang Naga. Alhasil, Batu Permata yang berada diatas kepala sang Naga pun dapat diperolah HAKA tanpa harus berperang melawan san Naga.

Bersukacitalah seluruh pasukan HAKA karena telah berhasil mendapatkan Batu Permata itu tanpa bersusah payah melawan sang Naga. Batu Permata pun dipegang secara bergantian oleh para prajurit karena mereka ingin sekali melihat wujud Batu Permata tersebut. Dan tanpa mereka sadari, suara tawa sukacita mereka membuat sang Naga terbangun dan mengejar mereka.

HAKA dan seluruh pasukannya kemudian lari tunggang langgang menyelamatkan diri menuju kapal. Sang parjurit yang pada saat itu tengah memegang Batu Permata tersebut berhasil masuk ke kapal dan memerintahkan agar kapal segera berlayar.
Nasib tidak diuntung, mujur pun tidaklah didapat. HAKA dan beberapa orang prajurit tertinggal didaratan, kapal telah berlayar membawa Batu Permata menuju negeri Cina dan tidak pernah kembali lagi menjemput HAKA dan prajurit lainnya.
Akhirnya, HAKA dan prajurit yang tersisa berjalan menyusuri hutan, rimba dan sungai untuk mencari makanan. Mereka pun menemukan sebuah perkampungan dan meminta pertolongan kepada masyarakat setempat. Karena tidak ada lagi pilihan lain cara untuk kembali ke negeri asalnya, HAKA dan para prajurit pun kemudian menetap diperkampungan tersebut. Hingga akhirnya mereka pun bisa beradaptasi dengan masyarakat tersebut, berkeluarga dan dari situlah asal mula Penduduk Pulau Kalimantan memiliki Ras dari Negeri Cina.

Setelah sekian tahun, perkembangan penduduk semakin pesat. HAKA membawa sebagian penduduk untuk pindah ke daerah lain. Tempat tersebut bernama APAU AHE.
Di APAU AHE lah masyarakat HAKA terus tumbuh dan berkembang.
(Sumber cerita : Bapak SAMUEL LEGI, Kepala Adat Dayak Kenyah Desa Sungai Bawang, Kelurahan Tanah Datar, Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur diceritakan dan diralat kembali oleh niels cube mag)

from- http://bloggaul4all.blogspot.com/2010/06/sejarah-asal-usul-dayak-kenyah.html

Istana Raja Dayak Penihing "belum tersentuh manusia"

*Cerita ini saya kutip dari sebuah Blog di Internet.

"Juli, 2006. Tanpa sengaja aku bertemu kawan lama. Mas Ahmadi dari komunitas BlueGrass. Pertemuan di warung nasi goreng itu berlanjut dengan bercerita tentang pengalaman masing-masing. Kawanku ini mantan Anggota Pecinta Alam yang sampai sekarang masih suka keluyuran kemana-mana. Saat itu, dia sedang gandrung dengan penjelajahan Kalimantan dan studi tentang suku-suku dayak. Banyak sekali kisah menakjubkan yang kudengar darinya waktu itu. Salah satunya adalah tentang harta karun sejarah dan kebudayaan salah satu kerajaan suku dayak yang sampai sekarang belum terjamah.
Di ujung pertemuan, kuminta dia mengirim tulisan perjalanannya ke emailku. dan inilah copy email yang dikirim padaku tertanggal 3 juni 2006."

Di hulu Sungai Mahakam ada peninggalan Kerajaan DayakPenihing, Berupa Tower batu setinggi 150m - 200m, yang tadinya di jadik Raja penihing beserta keturunanya. Lorong masuk satu satunya kedalam Tower tertutup batu besar, untuk memasukinya tinggal dua cara,  menggunakan Helycopter ke puncak cerobong tower batu, atau dengan jalan panjat tebing. Mungkin menarik untuk diteliti lebih jauh, karna peninggalan beserta singasananya masih belum tersentuh manusia diluar Istana batu.
Latar belakang ( dari hasil wawancara dengan Tetua adat Dayak Penihing pada tahun 1996 dan Buku Ekspedisi Muller 1886)

Raja Penihing adalah salah satu Raja terkaya di hulu sungai Mahakam, tonggak perekonomian utama disokong hasil sarang Burung dari gua2 sarang burung di kawasan kars wilayahnya. Pada Abad XVlll barter sarang burung sudah merupakan barter Ekslusif. Letak kerajaan di kawasan perbukitan batu kapur nan terjal tersebut juga sangat mendukung pertahanan alamiahnya, sangat menyulitkan pihak yang akan menaklukan Kerajaan Penihing.

Namun tak lama setelah Kerajaan Kutai menaklukan para Raja Suku dayak sepanjang aliran mahakam sampai keperbatasan Serawak, Kerajaan Penihing yang menempati daratan Kars sejauh -+ 30km dari tepian Mahakam menjadi target terakhir Raja Kutai.

Istana Kerajaan Penihing berupa tower batu dengan lobang besar berbentuk cerobong dari atas sampai kedasar tower. Pintu masuk hanya satu, berupa lorong horizontal didasar Tower yang kini masih tertutup batu besar.

Pada saat sebelum penyerbuan Pasukan Kerajaan Kutai, Raja Penihing beserta Prajuritnya telah menutup dengan batu besar lorong masuk kedalam Istana batu. Dengan harapan kalau Raja penihing beserta Prajuritnya berhasil mengusir Pasukan Kutai, maka batu besar penutup lorong tersebut akan mereka buka kembali dari luar.

Raja Penihing lalu membawa pasukanya mencegat Laskar Kutai dari kejauhan, menjauh dari perkampungan rakyat Penihing dan Istana batu. Tindakan Kekhawatiran kalau kalah lalu di jarah, memang berhasil membuat Laskar Kutai pulang dengan tangan Kosong. Namun juga menyimpan tragedi bagi keluarga penghuni Istana Batu. Raja penihing beserta Prajuritnya gugur dan sampai kini tak seorangpun membuka pintu masuk berupa batu besar tersebut. sementara rakyatnya pada saat penyerbuan kerajaan Kutai melakukan Eklsodus ketepi Sungai mahakam.

Peristiwa diatas terjadi sekitar Abad XVlll. Setelah Raja Dayak Sumbang Lawing kalah dan dipenggal kepalanya oleh utusan Raja Kutai ( Sampai sekarang kepala Sumbing Lawing masih tersimpan dalam Keraton Kutai Kertanegara di Kota Tenggarong).

Pada tahun 1993 saya mendekati Istana Tower Batu tersebut, setelah selama tiga hari melintasi perbukitan kars yang cukup terjal. Usai survey awal untuk memastikan titik lokasi, saya langsung balik ke Malang. Lalu pada tahun berikutnya dengan Alat panjat tebing saya kembali berangkat ke hulu Mahakam. Namun didesa terakhir saya sempat diingatkan seorang kawan dari Malang ( yang menikah dengan anak kepala adat Dayak Penihing), setiap kematian harus ada ritual pemanggilan roh nenek moyang dan ritual pelepasan roh, saya diperingatkan untuk mengadakan ritual itu terdahulu, apabila berkeinginan memanjat Tower Batu tersebut.

Karna keluarga kerajaan tower batu yang meninggal terkurung di istananya tersebut, sampai saat ini upacara kematiannya belum dilakukan oleh rakyat Penihing. Saya mundur dan mundur karna upacara tersebut tidaklah murah biayanya bagi saya saat itu, lagipula saya belum punya jalur " diberikan kepada siapa penemuan tersebut jadi berarti."

Sampai akhirnya pada tahun 1998 saya mendapat kabar ada perusahaan kayu dengan Helycopter mendekati Tower batu tersebut. Bahkan sempat Turun vertical kedalam Cerobong Tower, namun kekhawatiran pimpinan perusahaan ( ikut dalam rombongan tersebut ) akan adanya ular besar didasar cerobong, membuyarkan semuanya.


cerita diatas tujuanya jelas untuk menggugah darah petualangan para pembaca dan mungkin ada yg minat mendanai ekspedisi mengungkap misteri tower batu tersebut

Sekian.....

Sumber: http://klewang.multiply.com/journal/item/69

SEJARAH KERAJAAN KUTAI MARTAPURA (MARTADIPURA)

ilustrasi upacara bauswarnakam oleh sri mulawarman

Masa Kerajaan Kutai Martapura
(Muara Kaman Dari Tahun 350-1605 M)
Kerajaan ini dulunya Bernama Qwitaire Maradapur (Kutai Martapura) didirikan dalam tahun 400 M oleh Maharaja Sri Mulawarman Naladewa Cucu Dari Penghulu Negeri Bakulapura Bernama Kundungga Keturunan Warga Sungga memerintah (350M), Yang Bermenantukan Maharaja Sri Acwawarman  (Wamsekerta) memerintah (375M) Penegak Derajat Pendiri Dinasty dan Kerajaan  ini runtuh dalam Tahun 1605 M.
KAJIAN TENTANG SEJARAH KERAJAAN KUTAI MARTAPURA 

Tentang Prasasti Yupa.
     Pembahasan, mengenai penemuan 7 buah prasasti peninggalan Kerajaan Kutai Martapura di Muara Kaman, yang dikatakan sebagai kerajaan tertua di Nusantara dan merupakan Kerajaan Hindu pertama di Indonesia sudah cukup jelas kita ketengahkan dan sewajarnya kita ungkapkan karena telah dibahas dan diteliti secara mendalam. Bagaimana kita ketahui bahwa pada tahun 1870 adanya suatu penelitian di Muara Kaman, karena adanya penemuan-penemuan berupa benda-benda yang menyangkut sejarah Kerajaan Kutai Martapura yang selalu disebut-sebut dengan nama Kerajaan Kutai Mulawarman. Adapun benda-benda yang diketemukan pada tahun 1870, tersebut antara lain : 4 buah tugu (Batu Prasasti yang disebut Yupa), dua Buah Lencana Kerajaan yang terbuat dari Emas dan Patung Kura-Kura Emas yang disimpan oleh seorang keturunan Raja-Raja di Muara Kaman,  menurut berita pada tanggal, 3 Juni 1879, K.F. Holle yang tertarik dengan penemuan Perasasti Yupa tersebut melaksanakan pertemuan di Batavia (Jakarta Sekarang) guna meneliti lebih jelas tentang perasasti yupa yang ditemukan di Muara Kaman tersebut.
Pada Tanggal, 13 September 1880, Kren telah pula mengadakan pertemuan di Royal Academy Of Sciences di Amesterdam Belanda, dalam pesentasinya Kren berpendapat bahwa Yupa adalah sebuah perasati pendirian sebuah Negara yang berbentuk kerajaan, maka oleh J.Pn.Vogel transkripsi yupa diteliti secara seksama yang dibantu oleh F.D.K Bosch, dan beberapa epigraf dari India Selatan yakni Fleet, Hultzsch, serta Vankayya. Hasilnya belum cukup memuaskan. Sehingga pada tahun 1939, diadakan peneltian di Muara Kaman dan menemukan 3 Buah Prasasti Raja Mulawarman yang disebutkan berasal dari abat ke-IV, karemana meliat tulisan yang digunakan pada tugu batu tersebut adalah huruf Pallawa dan menggunakan bahasa Sangsekerta Kuno dari India Selatan.Guna memperjelas tentang pengkajian prasasti yupa pada tahun 1952, diadakan perbaikan dalam pembacaan dan penerjemahanya oleh Raden Mas Ng. Poerbatjaraka yang mengatakan bahwa tulisan-tulisan tersebut menggambarkan beberapa hal tentang Kurban dalam sebuah acara kenegaraan dan kurban-kurban yang bersangkutan dengan acara ritual agama Hindu, Menurut seorang pakar sejarah bernama Ny.Soeleman mengatakan bahwa didalam batu prasasti yupa ada menyebutkan kata Vavrakecvara yang diartikan lapangan luas tempat upacara kurban maka dalam pengkajian tersebut (Rajah Cri Mala Varmanah Danam Puyatane Ksetrei Yadattam Varakecvare) yang dikatakan Bahwa Sang Raja Sri Mulawarman yang amat mulia dan terkemuka telah mengadakan kurban bertempat didalam Varakecvare, (lapangan luas) tempat upacara sedekah yang disebut Upacara Bahuswarnakam yaitu kurban hadiah Sapi dan Emas.  Tulisan prasasti yupa yang kami kemukakan disini 2 buah dibahas dalam bahasa sansekerta 5 buah dibahas dalam bahasa Inggris, sebagai berikut :
Tulisan Pertama :
……cri mantah cri narendraasya mahat manah putro cvabharmo vikhya tan vancakarta yathancuman tasya putro mahat manah trayas-trayas ivagnayah tssan trayanam pravarah tapa bola danavitah cri mala varmanah rajendro yastava bahusvan akam yajnasya jupoyam dwijen drais sampra kalpita………….
Diartikan :
Sang Raja Kudungga yang mempunyai putra wamsakarta, melahirkan tiga putra seperti api sinarnya dan menjadi raja-raja berkuasa diwilayahnya dan yang paling terkenal adalah Maharaja Sri Mulawarman Nala Dewa yang mengadakan kurban besar dan memberi sedekah emas kepada para berahmana yang datang ketempat itu, sehingga dia diyatakan kuat dalam berkuasa.
Tulisan Kedua :
…… cri manto nrpa much yasa rajah cri mula varmanah danam puyatane ksetrei yadattam varakecevare dvi jatibhyo geni kalpebhyah vuncater gg osahestii kam tasya punyasya yupoyam kerto vidrair ihagataih………..
Diartikan :
Sang Raja Sri Mulawarman raja yang mulia dan terkemuka telah memberikan sedekah berupa 20.000 ekor sapi kepara Berahmana sedekah itu ditempatkan dalam varakecvare sebagai peringatan atas kebaikan sang raja Sri Mulawarman dibuatlah tugu tiang pemujaan.
Tulisan Ketiga :
The illustrious monarch Mulawarman, having conquered (other) Kings iu the battlefield, made them his tributaries, as did kings Yudhisthira. At waprwkecwara he donmet forty thousand.....he again donated thirty thousand. The pious king once again (ferforomed ?) Jivandana of different kinds and illumination in his own town……by the pious one. This Yupa has been ereeted by the Berahmanas who have come here (from) different (parts).
Diartikan:
Sang Raja Mulawarman menaklukan raja-raja di medan perang, mereka harus membayar upeti sebagai mana yang dilakukan oleh raja Yudhisthira di waprwkecwara, ia mendarmakan empat puluh ribu……kemudian tigapuluh ribu. Mulawarman seorang raja saleh meyelengarakan Jiwandana yang berbeda-beda dan penerangan dikotanya……oleh seorang yang alim. Yupa sudah didirikan oleh Berahmana-Berahmana yang datang kesini dari berbagai daerah.
Tulisan Keempat :
Hail to the mighty king, the illustrious Mulawarman of exalted rank, whouse gigts have been recorded at this holy spot after he, the most excellent king, has betowed on Brahmanas the gifts of water, ghee, tawny cows and sesame seeds as well as eleven bulls.
Diartikan :
Menyambut raja yang kuat, Mulawarman seorang raja agung dan termashur telah mendarmakan peristiwa ini telah dicatat ditempat yang suci. Mulawarman telah memberikan kepada Berahmana-berahmana hadiah air, miyak, sapi yang berwarna kekuning-kuningan dan biji wijen dan juga sebelas ekor sapi jantan.
Tulisan Kelima :
As Bhageratha was brn on king segara………Mulawarman………
Diartikan :
Karena Bhageratha dilahirkan oleh Raja Segara…….Mulawarman……(tulisan pada prasasti ini banyak yang rusak dan tidak terbaca.
Tulisan Keenam :
Let the foremost amongst the priest and whatsoever other pions men hear of the meritorious deed of Mulawarman, the king of illustrious and resplendent fame of his greaft of cottle, his gift of a wonder trce, his of land. For this multitudes of pious deeds this sacrificial post has been set up by priest.
Diartikan :
Dengarkanlah oleh kaum sekalian. Berahmana yang terkemuka dan sekalian orang baik lain-lainnya, tentang kebaikan budi sang Mulawarman, raja besar yang sangat mulia. Kebaikan budi ini ialah berwujud sedekah kehidupan atau semata-mata pohon kalpa (yang memberi segala keinginan), dengan sedekah tanah (yang dihadiahkan). Berhubung dengan semua kebaikan itulah tugu ini didirikan oleh para berahmana (buat peringatan).
Tulisan Ketujuh :
The illustrios king Mulawarman gave away in charity a heap of sesame seeds together with a multitude this yupa has heen engraved upon of those two.
Diartikan :
Tugu ini ditulis buat (peringatan) dua perkara yang telah disedekahkan oleh sang raja Mulawarman, yakni gunung miyak (kental) dengan lampu serta malai bunga.

Tentang Kerajaan Hindu Pertama di Indonesia.

 Kerajaan Kutai Martapura adalah kerajaan Hindu pertama di Indonesia, bagaimana dikatakan bahwa agama Hindu telah menyebar dari abad ke-II dan III tahun masehi dibawa oleh penganut agama itu sendiri, maka tidak pernah agama itu dibawa dalam penyebaran dengan suatu peperangan dalam artian agama itu dibawa dengan jalan damai melalui penganutnya yang rata-rata sebagai saudagar, pedagang dan lain sebagainya mereka menetap didaerah-daerah wilayah Indonesia dan terjadilah akultulasi pembauran kebudayaan dan kepercayaan, Corak Hindu di Indonesia dimulainya dengan munculnya kerajaan Kutai Martapura, Menurut seorang pujangga dari India bernama Walmaliki dalam sebuah kidungnya bernama Ramayana, dia menggambarkan negeri yang kaya menghasilkan logam, serta tumbuh-tumbuhan serta menjadikan daerah itu menjadi perhatian bangsa Hindu (India), Yunani dan Tiongkok dan mulailah adanya suatu gejala politik berupa pendirian kampung-kampung kemudian menjadi hiasan tujuh Negara di Nusa Emas dan Perak, maksud dari itu dapat diartikan Kerajaan Kutai
Pada masa petalihan masyarakat kepulauan Indonesia, mendapat corak yang luar biasa karena telah berlangsungnya pertemuan dua peradaban yang maju yakni corak budaya Hindu dan Budha dengan corak budaya asli yang dimiliki bangsa Indonesia yang berpusat pada tenaga tuah dan kesaktian.
Mengenai penebaran budaya asli  Indonesia menurut seorang bernama Van Helne Geldern sejak 4050 tahun yang lalu, yang meninggalkan sipat-sipat pelaut dan cara bertani serta berbahasa dan kebudayaan lainya itu berasal dari hulu sungai Hoang-Ho dan Jang Tse serta sungai Kiang dan Mekhong (Cina) sedangkan pengaruh dari Sungai Berahmana Putra, dan sungai Irwadi (India) semula berasal dari Semenanjung (Malaysia), menuju Kalimantan, dan ke-Filipina, kepulauan Formosa, Jepang, pulau Sumatra dan Jawa serta Irian. Kepulauan Nusantara pada zaman itu disebut orang Yunani dengan nama La Badlon sedangkan orang Arab menyebutnya Sajabidja.
Bagai mana agama Hindu muncul yang menjadi agama kepercayaan masyarakat dalam kerajaan Kutai Martapura di Kalimantan,  Dengan pemikiran serta didasari dari pengkajian fiolosopis bahwa didalam yupa jelas telah menguraikan beberapa hal tentang kurban-kurban yang terkait dengan Agama Hindu yang dianut oleh Raja Mulawarman. Adapun upacara kenegaraaan Kerajaan Kutai Martapura seperti kurban Agatsya (Upacara pendirian dinasty), menjelaskan tentang keturunan, kurban Bahuswarnakam (Upacara pemberian hadiah harta berupa Emas), kurban Jivandana (Upacara hadiah jiwa berupa binatang Sapi), kurban Waprakeswaea (Upacara pembangunan tempat pemujaan berupa bangunan kuil atau candi), kurban Kalpa (Kalpataru) (Upacara penyerahan watas tanah serta penanaman pohon kehidupan), dimana dikatakan sang raja meanugerahkan miyak yang berasal dari pohon tengkawang dan biji wijen serta bunga melambangkan kerajaan yang diperintahya memiliki kekayaan berlimpah serta memiliki wilayah-wilayah yang dipimpin oleh para kepala negeri, kurban Bhagrtha (Upacara kemakmuran) dimana telah dinyalakanya lampu sebagai sulu penerang kehidupan rakyat yang dalam lindungan raja yang arib bijaksana telah melimpahkan harta bagi kepentingan rakyat yang diperintahnya, karena raja memiliki wilayah taklukan dan kekuasaan besar kurban tersebut dilaksanakan dan dihadiri oleh para Berahmana dari berbagai negeri seperti Berahmana dari Kerajaan Amarapati, Kerajaan Kalingga, Kerajaan Magadha, Kerajaan Sri Langka, Kerajaan Amatadipura, dan Kerajaan Campa hal ini didukung dari keterangan bahwa Kerajaan Kutai Martapura adalah sebagai kerajaan yang memiliki tambang Emas yang di ekplotasi untuk diperdagangkan melalui pedagang dari India yang menjadi pemasok emas ke Negara Yunani, Persia, Mesir, dan Eropa, emas tersebut didapat dari beberapa kepulauan seperti Naladwiva, Swarnadwipa, Yawadwipa, dan Papua, halnya orang-orang dari Campa (Kamboja) khusus didatangkan sebagai tenaga pencari emas (pekerja tambang) hal ini dibuktikan dengan adanya orang Dayak Tunjung adalah sisa-sisa orang Campa yang mendiami dataran tanah tunjung didaerah Pinang Sendawar (Melak) di Kalimantan Timur.


Mengenai tambang emas, didalam Ramayana diceritakan bahwa ……Yatnavanto yavadvipam saptarajyopacobhitam, suvarnarupyakadvipam suvarnakaramanditam, yavadvipam artikramya ciciromama partvatahdivam aprcati crngena devadanavasevitah…… artinya Selidikilah benar-benar kepulauan yang dihiasi tujuh kerajaan nusa emas dan perak dengan banyaknya bertebaran tambang-tambang emas (maksudnya Kepulauan Indonesia yang kaya akan emas).

Cerita ini terkait pada perintah Dewa Rama kepada beruk putih bernama Hanoman yang diberi tugas mencari Dewi Sita pada waktu diculik oleh Rahwana…etah apa cerita ini pula dikaitkan dengan Lencana Kerajaan Kutai Martapura yang bernama Uncal atau Ucele yang menurut berita dari duta besar hanya ada dua buah yang satunya masih ada di Sri Langka, bahwa benda tersebut adalah milik Dewa Rama dan Sinta sebagai penangkal sumpah Dewa yang menjelma sebagai binatang rusa yang dipanah oleh Dewa Rama didalam hutan dan mengutuknya, oleh sang Batara Guru, Dewa Rama dianugerahi jimat penangkal bala, yang kemudian diketahui jimat itu disebut Uncele.
Dimana kita ketahui bahwa kebudayaan Hindu dan Budha bermula dari bangsa Arya, yang berasal dari ras Indo-Jerman yang bermigerasi pada sekitar tahun 1500 SM, masuk ke India melalui celah Kaybar, sehingga mendesak bangsa Dravida serta menguasai daerah lembah sungai Indus dan sungai Gangga dan menjadikan pembauran kedua ras bangsa tersebut.


Silsilah Raja Kutai Martapura
Memerintah dari Tahun 350-1605 di Muara Kaman
DISADUR DARI KUMPULAN CATATAN A.IANSYAHRECHZA.F DALAM BUKU MEMBURU SEJARAH KUTAI 1996
.

1.     MAHARAJA SRI KUNDUNGGA ALIAS CRI GEDONGGA                                350-375
2.     MAHARAJA SRI ACWAWARMAN ALIAS WAMSEKERTA                              375-400
3.     MAHARAJA SRI MULAWARMAN NALADEWA ALIAS WAMSERAGEN           400-446
4.     MAHARAJA SRI WANGSA WARMAN                                                           446-495
5.     MAHARAJA MAHA WIJAYA WARMAN                                                         495-543
6.     MAHARAJA GAJA YANA WARMAN                                                              543-590
7.     MAHARAJA WIJAYA TUNGGA WARAMAN                                                   590-637
8.     MAHARAJA JAYA TUNGGA NAGAWARMAN                                                 637-686
9.     MAHARAJA NALA SINGAWARMAN                                                             686-736
10.   MAHARAJA NALA PERANA TUNGGA WARMANDEWA                                 736-783
11.   MAHARAJA GADINGGA WARMANDEWA                                                     783-832
12.   MAHARAJA INDRA WARMANDEWA                                                            832-879
13.   MAHARAJA SINGA WIRAMA WARMANDEWA                                              879-926
14.   MAHARAJA SINGA WARGALA WARMANDEWA                                            926-972
15.   MAHARAJA CENDERA WARMANDEWA                                                       972-1020
16.   MAHARAJA PRABU MULA TUNGGALDEWA                                                 1020-1069
17.   MAHARAJA NALA INDRADEWA                                                                  1069-1117
18.   MAHARATU MAYANG MULAWARNI  ALIAS PUTRI AJI PIDARA PUTIH          1117-1166
19.   MAHARAJA INDRA MULIA TUNGGA WARMANDEWA                                   1166-1214
20.   MAHARAJA SRI LANGGKADEWA                                                               1214-1265
21.   MAHARAJA GUNA PERANA TUNGGA                                                          1265-1325
22.   MAHARAJA NALA DUTA  (DEWAN RAJA PERWALIAN)                                1325-1337
23.   MAHARAJA PUAN RENIQ GELAR WIJAYA WARMAN                                   1337-1373
24.   MAHARAJA INDRA MULIA                                                                           1373-1407
25.   MAHARAJA SRI AJIDEWA                                                                          1407-1425
26.   MAHARAJA  MULIA PUTRA                                                                          1425-1453
27.   MAHARAJA NALA PRADITHA                                                                       1453-1509
28    MAHARAJA INDRA PARUTHA                                                                       1509-1534
29.   MAHARAJA DERMA SETIYA                                                                         1534-1605

Tentang Nama.
   Ulasan tentang sejarah nama Kerajaan Kutai Martapura dari asal mula pernamaan yang kita jadikan bahan pengkajian ilmiah yang kita kaitkan dengan cerita mistis batin keberadaan Kerajaan Kutai Martapura, didalam kitab Mahabarata dan Ramayana, dijumpai nama pulau Kalimantan disebut Naladwipa dan daerahnya bernama Qwitaire dan kerajaanya bernama Maradavure.
Bagaimanapun mengenai nama-nama tersebut dalam mistis batin Kerajaan Kutai Martapura, dapat kita ambil dari sebuah bahasa, memang dan besawai serta bedondang, yang merupakan pengantar bahasa hubungan antara alam nyata dan alam gaib. Didalam sebuah memang dijumpainya kata Maruat Wanua Maradapur (Membuat Kota Martapura) Kalimantan (Indonesia) dan Gaganesware cri Cala Campare Nagari Perak Gemilang Kaca dapat diartikan bahwa bahwa Raja-raja tersebut datang dari (Cricala) India yang bagaikan burung raja wali (Garuda) mengarungi cakrawala dan membangun Negeri Perak di Malaya (Malaysia), Serta Negeri (Gemilang Kaca) Campa (Kamboja).
Asal nama pulau Kalimantan di kaji dalam beberapa hal, mengenai sebutan Kalimantan berarti, (Mantan Sungai) sekarang ada tiga sungai yang dikenal dipulau ini yaitu Sungai Mahakam (Kaltim), Sungai Barito (Kalsel) dan Sungai Kapuas (Kalteng) tidak heran di pulau Kalimantan membentang ribuan anak sungai yang semuanya memiliki nama namun mari kita kembali kepada asal nama pulau Kalimantan itu sendiri dikatakan bahwa sebutan orang Hindu menamakan pulau ini Naladwiva, orang Belanda menyebutnya Borneo pastilah ada hal yang menyangkut nama-nama tersebut yang akhirnya di sebut Kalimantan.
Mengenai nama Qwitaire bearti hutan belantara, asal nama Kutai juga mengalami beberapa kali perubahan misalnya orang Cina menyebutnya Kho-Thay bearti Bandar Besar (Kota Besar), penyebutan ini sejaman pemerintahan Maharaja Nala Indra Dewa yang berperang dengan pangeran Cina dalam tahun 1117 M, sedangkan pada waktu Raja Majapahit menbangun pangkalan militer di Muara Sungai Mahakam daerah tersebut disebut Tanjung Kute dikepalai oleh seorang Batara bernama Raden Koesuma adik tiri Raden Widjaya yang kemudian dikenal dengan nama Aji Batara Agung Dewa Sakti yang membangun Kerajaan Kutai Kartanegara.

Mengenai Nama Pulau Kalimantan Banyak Mendapat, Tafsiran sebagai Berikut :
-
Wanua Pura, diartikan Dalam Logat Lain Borneo adalah Barune.
- Bakulapura, diartikan Pulau Yang Banyak Memiliki Tanjung di tapsikan dalam Nama Kerajaan   

   Tanjungpura.
- Tanjung Negara Sebutan Majapahit Kepada Pulau Kalimantan dalam Negarakretagama yang

   mencakupi Kepulauan Sulu di Filipina.
- Hujung Tanah sebutan Pulau Kalimantan  dalam Hikayat Banjar dan Hikayat Raja Pasai di 

   Sumatra.
- Nusa Kencana sebutan Pulau Kalimantan dalam Ramalan Prabu Jayabaya pada akhir Majapahit 

   akan Menguasai Tanah Jawa Oleh Yakni Bangsa Jepang yang dating Dari arah Nusa Kencana.
- Jaba Daje artinya Jawa Diutara dari Pulau Madura ini merupakan Sebutan Suku Madura atas

   Pulau Kalimantan.
-  Kalimantan berasal dari dua kosa kata Kali – Mantan jika menurut dalam logat Bahasa 

   Indonesia adalah (Mantan berati Bekas dan Kali berate Sungai) bagai Manapun pulau ini di
   Dalam Negara Indonesia disebut Pulau Kalimantan.

Sumber: http://sukukutai.blogspot.com/2011/01/kerajaan-kutai-martapura.html

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More