Kisah ini dimulai dengan lantunan lagu yang disebut neroyong sebagai berikut :
Dinegeri
kutai dulu hikatnya, Hiduplah kejuntaian di dunia longa, Bukanlah dewa lain
manusia, Sebagai pemberi alamat sealam raya.
Tujuh
saudara hidup rukun dan tentramya, Penjaga alam kutai yang kaya-raya, Sayus
kakak yang paling tua, Orangnya pintar pandai bahasa.
Songo
kakak yang kedua, Orang kuat baik hatinya, Tapi saying bodoh orangnya, Hingga
menjadi cerca para saudara.
Silu
kakak ke tiga cantik molek parasnya, Selalu membawa tuah pada manusia, Negeri
kutai ditinggalkannya, Karma takut besahu dengan kakak tertua
Sirumbai
kaca kakak kempatnya, Sipatnya santun dan bersahaja, Tulus hati pemberi
semengat hidup manusia, Karma memberi tidak mengarap apa-apa.
Rumbai
nenang kakak kelima, Jujur hati penyejuk jiwa, Banyak orang kagum padanya,
Sopan santun tutur bahasanya.
Sinaning
kakak keenam yang susah hidupnya, Orangnya sabar tegar hatinya,
Pemelihara semengat hidup didunia, Sangat arif dan bijaksana.
Sentanglah
yang paling bungsu, Orangnya lugu serta pemalu, Tapi diasenang selalu membantu,
Walaupun dia ditinggalkan ibu.
Tujuh
saudara hidup bersatu, Dalam tugas bahu membahu, Jadi Alamat pastilah tentu,
Kepada mahluk hidup diberitahu.
Cerita ini dikisahkan pada suatu hari terjadilah, hal yang memalukan, yang
disebut sahu (tabu) karna perbuatan yang tidak layak dilakukan oleh orang yang
bersaudara kandung, kejadiannya takala terjadi hujan lebat dan atap rumah
mereka mengalami kebocoran sehingga Sayus naik keatap rumah dan melihat adiknya
Silu sedang memasak di dapur, dan taah (Kain sarung) yang dipakai silu sedikit
terbuka dan memperlihatkan lekuan tubuhnya yang memang tiada tara indahnya dan
kulit yang putih kuning serta paras yang cantik membuat darah sayus berdebar
jantungya dan timbulah napsu birahinya, niat jahat itu lah yang akhirnya
menjadikan pertikaian antara adik dan kakak.
Silu sudah mantap hatinya ingin berpisah dari saudara-saudaranya maka dibuatlah
lanting besar (rakit) dari haur kuning (bambu kuning), dan lengkap dengan
perbekalan harta pusaka serta manok sakan betina, (ayam hutan) kesayangan
saniang jangkat dibawanya pula menurut cerita ayam ini lepas persis di Muara
Kaman yang meninggalkan telur di gua bukit berubus, karena terburu-buru Silu
lupa mengambil telur ayam tersebut hingga saniang jangkat mendatangkan bala
(bencana), kemarau panjang saniang hanya mau menghilangkan sumpahnya jika ada
binatang yang sanggup menetaskan telur tersebut. Dalam hikayat lain diceritakan
bahwa hanya seekor lembulah yang dapat mengerami telur tersebut sehingga menjadi
batu lembu tersebut kemudian dinamai lembu ngeram.
Sejak meninggalkan kampong halamanya silu menyusuri sungai mahakam, dan Sayus
merasa bersalah sehingga di suruh oleh para saudaranya agar membawa adiknya
kembali, karena Silu enggan lagi tinggal bersama dia tidak mau pulang, maka
berbagai rintangan di buat untuk menghambat kepergian silu diantaranya di buat
ulak Besar di Muara Kaman, Ulak Yupa beserta Pulaunya dan tiga pulau lainya
yakni Pulau Kumala di Tenggarong dan Pulau Jerang di Jembaian tanahnya di ambil
dari Gunung Betutu dan Gunung Malang di Senoni dan di muara sungai Mahakam
ditanami bakau namun semua itu berkat kesaktian dan tuah silu dapat melanjutkan
perjalananya sampai ke pusat air (Samudra Indonesia sekarang) yang berada selatan
Pulau Jawa menurut cerita ini Putri Silu dikabarkan ditangkap oleh Raja Naga
penguasa laut pantai selatan Jawa dan akhirnya menjadi penguasa pantai selatan
maka silu sering memberikan tuah pada rakyat di sekitar pantai selatan, apakah
Putri Silu adalah Ratu Segoro Kidul saya bertanya dan dijawab Allahualam
Bin Sawab kehendak tuhanlah yang akhirnya membuat negeri di Jawa itu dibangun
dari hasil alam dan bumi Kutai yang kaya karena, adapula sumpah raja kutai
apabila anak cucuku melewati batas wilayah selatan tanah Jawa maka tuah dan
kesaktiannya akan hilang di ambil oleh Putri Silu.
Sepeninggal Putri Silu, negeri kutai semakin kacau, Sayus dikabarkan lari ke
daerah perbatasan Balikpapan dan Panajam di Pasir sekarang disana dijumpai gua
yang digambari silu dengan alat kelamin peria dan wanita entah apa sebabnya
itulah tanda penyesalanya yang digambarkan Sayus akibat perbuatannya semua
makluk hidup di kutai mendapatkan bala (bencana).
Lain lagi sungai mahakam yang besar dan dalam airnya hampir kering karena
kemarau panjang membuat bangsa para binatang ambil bagian dalam babak cerita
ini. Ditengah kegelisahan makluk hidup dikutai hanya berharap semoga kejadian
ini cepat berlalu, dalam dongengnya Dongengya Nek Esah bercerita tentang
perilaku para binatang pada waktu itu, para binatang dikumpulkan guna membahas
masalah apa yang sebenarnya terjadi Raja segala binatang mengadakan pertemuan
di Udara rajanya burung Bunia atau Rembewang (Raja Wali) lajim disebut Burung
Garuda, di hutan dikuasai Remaong (Singa) dan di Air dikuasai Ikan Pesut
(Lumba-Lumba) entah bagaimana Cuma cerita ini dikisahkan akhirnya banyak para
binatang yang mendapat hukuman seperti, Bebek di hukum tidak bias terbang jauh
gagal mengerami telur Sakan dan Burung Coek dihukum mencari makan hanya di
malam hari karma dalam mencari Silu dialakukan hanya malam hari,serta Tikus
menggali tanah pada waktu disuruh Sayus membuat tiga pulau maka seumur hidupnya
dihukum menggali tanah, sedangkan Burung ketinjau (Kutilang), dianugerahi
sumpah apabila manusia memakan daginya akan terjangkit penyakit kodong
(Kudisan), dan diberi suara yang merdu karena dilah yang menijau dan
memberitahukan bahwa sebab terjadinya kemarau oleh perbuatan Sayus ingin
bersahu kemudian telur manok sakan (ayam hutan) kesayangan saniang jangkat
dierami lembu sampai jadibatu, cerita ini kemudian menjadikan mistik batin
Lembu Ngeram menjadi Lambang Kerajaan Kutai Martapura di Muara Kaman.
Pertemuan Putri silu dengan utusan dari Kutai, siapa gerangan yang menemui
silu, Nek Esah menjawab alkisah seekor Kupu-kupu meminta persetujuan Saniang
apabila dirinya berhasil menemui si Putri Silu maka dia meminta apabila kemarau
sudah berhenti dan pohon serta tanaman lain berbunga maka bangsanyalah yang
harus mencicipi terlebih dahulu sari-sari madu dari bunga-bunga tersebut, dan
permintaanya dikabulkan oleh Saniang, dan berangkatlah kupu-kupu menuju pusat
air, sesampainya di tepi laut kupu-kupu menaiki buyah air (Gelembung Air),
hingga berbulan bulan kupu-kupu mencari Putri Silu dan akhirnya pertemuan
itulah kupu-kupu menerima pesan Putri Silu agar disampaikan kepada makluk hidup
di kutai, bahwasanya dirinya tidak dapat kembali lagi dan dia memberikan alamat
bahwa apabila manusia ingin mendapatkan tuah maka buatlah Saniang Ayu sebagai
perlambang batinku dan aku akan datang tanpa dilihat mata dan akan memberikan
padah bagi ganjaran hubungan antara alam gaib dan kehidupan nyata manusia di
kutai.
Kajian
Mistik Ilmiahnya yang kita dapat dari cerita ini antara lain. Bahwa tiang ayu
adalah penghubung alam gaib dan kehidupan nyata inilah yang terjadi disetiap upacara
Erau yang dimulai dengan mendirikan ayu dan diakhiri dengan merebahkan ayu,
agar dapat mendatangkan tuah bagi negeri kutai. Berdirinya ayu dan rebahnya ayu
mengandung arti dan makna bahwa upacara tersebut memiliki awal dan akhir, serta
upacara besawai menjamu, merangin, berarti upacara ini mempunyai wawasan
luas menghormati semua kemumulan, kejuntaian, serta pengalasan yang ada ditanah
Kutai pada zaman dahulu.
OooooHh..mitu kesahnya
BalasHapusni hak blog nya kucari-cari selama ni. terimakaseh dah bekesah banyak tentang odah etam
BalasHapusLeh baek kesah kita nih,salam koetai muarakaman.
BalasHapusLeh baek kesah kita nih,salam koetai muarakaman.
BalasHapusDulu sewaktu maseh halus tiap malam sya minta dikesahkan Sayus,Rongo&Silu. Yg paling rame kesahnya Sayus ngan Ongo ngerjai Hantu Pergasi. Sebenehnya banyak lgi kesahnya yg lainnya tentang Kerajaan Kutai yg sya ingat dikesahkan Abah,Kai&Nenek sya.
BalasHapusterima kasih untuk ceritanya. menjadi refrensi pembutan drama.
BalasHapus