Setelah kerajaan Kutai Kartanegara mengalahkan kerajaan Mulawarman, wilayah kerajaan Kutai Kartanegara bertambah
luas hingga jauh ke daerah-daerah Pedalaman. Di setiap daerah oleh kerajaan
Kutai ditempatkan seorang Panglima Sepangan sebagai wakil raja yang berkuasa
dalam berbagai hal. Tentu para Panglima ini dibantu pula dengan para senopati
dalam melakukan roda pemerintahan di daerah setempat. Sedang raja yang tadinya
berada di bawah kekuasaan Mulawarman yang menyerahkan diri tetap berkuasa di
daerahnya. Hanya saja segala peraturan yang dijalankan adalah peraturan dari
Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Matadipura.
Di seluruh
wilayah Mulawarman yang menjadi “taklukan” kerajaan Kutai, keamanannya dijamin
oleh pasukan Kutai. Namun demikian kehidupan sehari-hari di daerah tersebut
bukanlah seperti jajahan. Mereka bebas berbuat apa saja, sama dengan ketika
masih berada di bawah kekuasaan Maharaja Mulawarman. Pajak “taklukan” tak
diberlakukan, Kerajaan Kutai hanya mengambil hasil bumi, itupun membeli dari
masyarakat. Dengan kata lain tidak melakukan paksa dan rampasan.
Pada waktu itu
Kerajaan Kutai dirajai oleh Aji Muhammad Sulaiman yaitu Raja ke 19 yang
dinobatkan pada tahun 1850. Pemerintahan berjalan dengan lancar dan masyarakat
merasa terjamin kehidupan dan keamanannya.
Tetapi keamanan
ini pada suatu ketika jadi terganggu dengan adanya kekacauan dan perampokan
terhadap harta benda rakyat di daerah-daerah ulu Mahakam seperti Long
Iram, Melak, Muara Pahu, dan Kota Bangun, oleh segerombolan orang Dayak Hiban
dari Serawak yang dipimpin “ Sumbang Lawing.” Gerombolan ini
berhenti dan bermarkas di Muara Sungai Belayan, dengan tujuan mencari
hari baik untuk melakukan serangan ke ibukota Kerajaan Kutai.
Menurut cerita,
Sumbang Lawing ini bertubuh besar dan tinggi serta kebal dengan senjata tajam
apapun. Sumbang Lawing jika berkelahi tak pernah berhenti. Datang lima, datang
sepuluh, bahkan datang duapuluh, semuanya tewas di tangannya. Menurut cerita
senjata “Mendau“-nya saja selebar papan dengan panjang dua meter, sehingga sekali
tebas paling sedikit lima orang yang melayang jiwanya.
Sumbang Lawing
ini suka pula dengan perempuan. Baik yang masih perawan maupun sudah
bersuami. Wanita mana saja yang dikehendakinya pastilah harus didapatnya. Kalau
si suami keberatan, maka tak ayal si suami pastilah menemui
ajalnya.
Konon kabarnya
Sumbang Lawing yang dianggap sakti ini mempunyai tempurung kepala terbuat dari
tembaga, serta gigi yang penuh dengan emas. Kalau dia lagi menginang (makan
sirih) pinangnya terdiri dari Putting Beliung (Kapak kecil) sedang kapurnya
terbuat dari kapur gamping.
Keamanan jadi
kacau dan beritanya dilaporkan pada Raja Kutai, Aji Muhamad Sulaiman, yang
serta merta mengumpulkan para pembesar istana. Aji Sultan meminta masukan dari
para Panglima daerah yang pernah dikacaukan oleh Sumbang Lawing. Semua
perbuatan disampaikan secara terinci, begitu pula
dengan kekebalan dan kesaktian Sumbang Lawing yang hampir tak tertandingi oleh
siapapun juga. Namun oleh seorang Pandai mengatakan kalau Sumbang Lawing
itu pematinya hanya ada di mulut bagian langit-langitannya. Kalau di lain
jangankan senjata tajam biasa, peluru meriam sekalipun tak akan mampu menembus
tubuh Sumbang Lawing. Karenanya percuma saja melawan Sumbang Lawing dengan
mengerahkan pasukan sepangan Kerajaan Kutai Kartanegara.
Mendengar ini
akirnya dari pada membuang buang waktu dan mengorbankan prajurit, maka
dilakukanlah suatu keputusan untuk melawan Sumbang Lawing dengan cara tanpa
dengan prajurit yang banyak.
Untuk itu kepada
Sultan Aji Muhammad Sulaiman, majulah dua orang abdi dalam bernama “Ence
Hasan“ seorang Guru Silat dan Awang Temputuq meminta ijin agar
tugas itu diserahkan kepada mereka berdua. Mereka tidak meminta pengawalan
prajurit. Yang mereka minta adalah satu buah keris kecil yang sangat beracun
bernama “Burit Kang“ dan segendongan kain berwarna warni serta peralatan dagang
seperti sisir dan cermin. Keduanya lalu diberi ijin dan dipenuhi segala
permintaannya.
Dengan berperahu
mereka memudiki sungai dan sampai ke muara Belayan di mana gerombolan
Sumbang Lawing berada. Oleh Sumbang Lawing yang melihat kedatangan perahu
lalu meminta agar mendekat ke perahunya.
“Siapa Kalian..?
dan mau kemana..?!“ tanya Sumbang Lawing.
“Kami adalah
pedagang kain yang hendak berjualan ke kampung sana,” jawab Ence Hasan, sambil
merapatkan perahunya ke perahu Sumbang Lawing.
Sumbang Lawing
lalu membuka bungkusan yang dibawa oleh Awang Temputuq. Satu-satu kain tersebut
dibukanya hingga habis berhamburan di atas lantai perahunya. Setelah kain
hibis, maka terlihatlah sebuah cermin yang terletak di bawah lipatan. Sumbang
Lawing yang seumur hidup tak pernah melihat wajahnya melalui cermin. Jadi
terpekik ketika cermin itu diarahkan kemukanya.
Dia kaget melihat
ada orang berwajah jelek berada di dalam cermin tersebut. Sumbang Lawing lalu
bertanya siapakah yang ada dalam cermin tersebut.? Oleh Ence Hassan, dijawab
kalau itu adalah cermin dan yang dilihatnya adalah bayangan dirinya sendiri.
Melihat ini dia tidak puas berkali kali dia melihat wajahnya di dalam cermin
tersebut.
Ahkirnya Sumbang
Lawing tertawa melihat wajahnya yang belum pernah dilihatnya. Setiap kali dia
melihat wajahnya di dalam cermin dia tertawa terbahak bahak. Saat itulah
kesempatan Ence Hassan menghunjamkan keris kecil bernama Burit Kang itu ke
langit langit mulut Sumbang Lawing. Dengan terperanjat dan kesakitan Sumbang
Lawing meronta dan melompat lompat hingga akhirnya jatuh ke dalam sungai .
Melihat
kesempatan ini dengan cepat Awang Temputuk melompat pula ke dalam sungai sambil
membawa mendaunya. Karena racun dari keris tersebut Sumbang Lawing jadi tak
berdaya dan kekebalannyapun hilang. Dengan cepat Awang Temputuq memenggal
Kepala Sumbang Lawing yang kemudian dibawanya naik kedaratan.
Sedang Ence
Hassan bertarung dengan para pengawal Sumbang Lawing. Namun karena melihat
Sumbang Lawing tewas, maka tanpa dikomando anak buah Sumbang Lawing berlarian
ke dalam hutan dengan cerai berai.
Dalam pertempuran
dengan anak buah Sumbang Lawing tak satupun ada anak buah Sumbang Lawing
yang dibunuh oleh kedua ksatria dari Kutai ini. Masalahnya tujuan mereka
hanyalah untuk melumpuhkan dan membunuh pemimpinnya. Karenanya para
gerombolan yang lari tak mereka kejar.
Para tawanan
wanita dari berbagai daerah yang dibawa oleh gerombolan Sumbang Lawing lalu
dibawa ke perahu oleh Awang Temputuq dan Ence Hassan untuk dipulangkan ke
daerah masing masing.
Ohh tegak tu rupanya kesah lengkapnya, maklum nyawa dengar sepotok2 maha. oyah ni baru tahu bujur sejarah itu, itu kepalanya Sumbang lawing yg maseh ada di museum tenggarong itu kan ?
BalasHapusHo'o.. iya tega' nya yg di museum tu..
BalasHapusmun dimuseum, yang mana hak kepalanya ? ndak jua melihati ni..
BalasHapusmaaf lah saya orang banjar, ceritanya begitu ya, sumbang lawing banyak membunuh ksatria2 pada zaman dulu, tak di sangka matinya begitu, tapi kenapa gak diajak bertarung secara ksatria ya???
BalasHapusKisah ini yg dimasyarakat beda versi kada tau mana yg bujur
HapusMana berani kasatria Kutai adu kesaktian dengan sumbang lawing
HapusRaja Kutai aja gak berani
Taikkk yg ada 😂😂😂 gak mungkin kerajaannya kutai luas aja kalau gak berani 😂😂
Hapusiya.. sebenarnya ceritanya ada beberapa versi.. tapi sepertinya versi yg diatas ini yg paling detail..
BalasHapussumbang lawing memang banyak membunuh kesatria dan merampas harta2 bahkan orang2 dayak kayan pun harus lari dari sungai kayan ke daerah kutai karna dikejar pasukan sumbang lawing...
tidak di ajak bertarung secara kesatria karna mungkin pihak kerajaan kutai tidak mau membuang2 banyak pasukan untuk melawan Seorang Sumbang Lawing yg tak terkalahkan. dan di ketahui bahwa kelemahan sumbang lawing adalah terletak di langit2 mulutnya.. maka dari itu diperlukan siasat untuk dapat menyerang kelemahannya... jika bertarung secara langsung tentu akan sulit mencari celah, karna sumbang lawing sangat sakti...
Versi lain menyebutkan bahwa sumbang lawing dibunuh dan dipenggal kepalanya oleh Raja Kutai Sendiri...
Entahlah...
Kenapa ya sejarah ini mirip sejarah suku balik yang dj panggil raja kutai
Hapusoh nang kaitu kah kisahnya!!!
BalasHapusberarti sumbang lawing tuh liwar sakti urangnya lah!!! maksudnya sangat sakti,..
namun ada cerita juga sumbang lawing bertarung satu lawan satu melawan datu mancang atau lancang, dan tidak ada pemenangnya,..
maaf ada kisah kah tentang sultan muhammad sulaiaman al zakaria??? terima kasih
Ooh.. iya ada cerita antara Datu Mancang (melayu) adu perlombaan dengan Sumbang Lawing (Dayak Iban). meskipun Datu Mancang memang terlihat lebih sakti dari pada Sumbang Lawing, tapi Datu Mancang tidak mau bertarung adu Fisik dgn Sumbang Lawing, karna Datu Mancang hanya ingin mendamaikan konflik Dayak Iban dgn Dayak Kayan tanpa harus mempermalukan salah satu pihak..
BalasHapusmaka di adakan lah perlombaan membelah buah limau, dan dimenangkan oleh Datu Mancang.
Datu Mancang akhirnya menikah dengan Puteri Asung Luwan (Puteri dayak kayan).
Disinilah asal-usul suku Bulungan yg lahir dari perkawinan melayu dan dayak..
-----------
kisah tentang sultan muhammad sulaiaman al zakaria, saya tidak punya..
baru saya tahu!
BalasHapusmun Q ndik salah lainya sumbang lawing nama.a...sumbing lawing..yg pala.a jadi tembaga hun..ada.nya di musiun tenggarong hun
BalasHapusKepala simbang lawing aj yg ad di musium, ,,kami juga masih mencari di mana kuburan ence hasan...krn kami masih turunan dari ence...
HapusApakah ada naskah aslinya..?kalau ada saya bisa cari di mana ya..karena saya kan meneliti mengenai cerita ini..?mohon informasi..terimakasih sebelumnya..
BalasHapusADA HAK LEH, KEPALA SUMBANG LAWING DI MUSIUM TU, BAHARI DI ANDAK URANG PARAK WADAH TIDUR RAJA TU, BUNGKUS KAIN KUNING, BUNYI JADI BATU KEPALA NYA TU
BalasHapusDi musium mulawarman di ttenggarong, kho gk ada kepalanya? Katanya di musiumkan ..
BalasHapussalam dari keturunan ence
BalasHapusArtikel yang sangat menarik. Kebetulan saya sedang membaut sebuah artikel tentang dayak iban juga.
BalasHapusSalam Blogger
Tapi perlu diteliti ulang apakah benar nama sumbang lawing adalah nama dayak iban. Sebab iban tak pernah ada nama sumbang atau lawing. Nama2 khas iban sangat beda misalnya. Keling, kumang, laja, ijau lelayang, sangau, sentang. Dan yg biasa dan umum digunakan leluhur dayak iban. Malah nama dengan akhiran lawing atau awalan sumbang tak pernah dikenal dan wariskan. Kalau dari perkiraan kata lawing atau sumbang, kemungkinan nama2 orang ulu di serawak: bisa kenyah, kayan, dll ( jika tak salah)
BalasHapusini cerita sumbang lawing yg kemungkinan benar. bahwa ia bukan dayak iban. sebab saya Dayak Iban., nama sumbang lawing tak ada dalam leluhur dayak iban.
Hapusjadi yg mengatakan sumbang lawing adalah dayak iban adalah salah.
https://labbineka.kemdikbud.go.id/bahasa/ceritarakyat/8f53295a73878494e9bc8dd6c3c7104f
Cerita ini ga bisa di konfirmasi kebenaran nya yg membuat dan menulis siapa, sama hal cerita gajah mada, sedangkn nama lawing itu banyak di pakai org dayak bahau, bukan dayak iban, so kita tidak tau makna dari cerita yg ada entah memang real seepti itu atau ada penambahan atau klpengurangan
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKisahnya ini banyak versi saya keturunan yang tebas kepala sualing (sumbang lawing) dia orang dayak kenya dari lapetau bukan dayak iban. Ini cerita turun temurun keluarga Aji
BalasHapusBenehantu kesah kita itu. Dimana kita bediam. Kmi jua tegatu kesahnya turun temurun dikesahkan datok nenek kami. Amun kawa kesahkan lgi kesah Nenek Moga ngamok di Belayan
HapusNah tu nenek moga sakti lagi urang kutai sampe wayah nie ada rumput merah
HapusJangan lupa kunjungi Web ane ya boss.. Linkarfakta.com
BalasHapusAdanya kesahnya sumbang lawing tu dari kerajaan kota bangun.. Yang membahayakan kerajaan kutai.. Lalu di utus nya 3 encek, awang dan seorang pemuda kutai.. Dan yg memenggal kepala sumbang lawing adalah pemuda kutai.. Di bawalah kepala sumbang lawing ke kutai.. Bersama encek, awang dan pemuda kutai... Lalu raja kutai memberi gelar kepada pemuda kutai sebagai remaong atau singa.. Lalu remaong sebagai panglima perang kutai..
BalasHapusDikarenakan perang sesama kutai dengan ing martadipura.. Lari lah remaong dikarenakan tidak mau perang sesama kutai... Seluruh rakyat kutai mencari remaong tak ketemu...
Remaong bersembunyi di daerah menamang.. Karena tidak mau ada saling bunuh kerajaan kutai..
Ada jua kesahnya gak tuu.. Bujur dik..
Mintak penjelasan keturunan aji..
Betul kah Sumbang Lawing ini ialah Dayak Kenyah bukan Dayak Iban dari Sarawak?
HapusSumbang lawing kaya nama orang Dayak kenyah deh, kalo kamu Dayak Iban Nggak ada nama yg seperti itu biasanya nama orang Iban pasti berakhir dengan kata AU & Ai misalnya lalAU, tunAI, pelAI, barAU, sinpAI, unsAU, kelingAI, kujAU,tajAU, dll
BalasHapusNah mun kesah nek moga tu dh pernah dengar jua aq tulak alm. Buyut ku di tering..itu urang tuha asli kutai yg mana bini dgn anak nya di bunuh oleh bubuhan dayak ( ndik ingat dayak apa ) pas ndak nuju ke huma sida..smpai wayah ini mseh ada rasanya TKP nya tu yg di sebut urang situ tanah merah..kesah dh lawas jdi ingat2 lupa jua dgn kesah tu
BalasHapusSumbang lawing itu dayak bahaw/modang..pernah nyerang ke senyiur tapi di hadang dgn jagoan senyiur yaitu nama nya motom dgn mbawen..sempat beparang betempas disenyiur baru nyerang ketengarong..bekemah di seberang tengarong..pada inti nya jgn coba2 ngelawan kerajaan kutai. Karena kerajaan kutai paling tuha di nusantara ni.
BalasHapusKerajaan Hindu tertua di Nusantara, itu tepatx...
HapusBnyk kisah yg tak BS diceritakan dan blm bisa di validasi kebenarannya .. namanya kesah Mun kada kurang ya labih .. ,kwkwkwk
Salam dari cucu Saleh Bakri yg bertugas menyusup dan mengambil kepala Sumbang Lawing di markas pasukan pembelot agar tidak terjadi adu domba pada zaman setelah kemerdekaan.
BalasHapusMaksudx gmna??? Pengen tau penasaran eui..
Hapus