Powered By Blogger

Selasa, 07 September 2010

Tewasnya Sumbang Lawing (pemimpin dayak iban)

Setelah kerajaan Kutai Kartanegara mengalahkan kerajaan Mulawarman, wilayah kerajaan Kutai Kartanegara bertambah luas hingga jauh ke daerah-daerah Pedalaman. Di setiap daerah oleh kerajaan Kutai ditempatkan seorang Panglima Sepangan sebagai wakil raja yang berkuasa dalam berbagai hal. Tentu para Panglima ini dibantu pula dengan para senopati dalam melakukan roda pemerintahan di daerah setempat. Sedang raja yang tadinya berada di bawah kekuasaan Mulawarman yang menyerahkan diri tetap berkuasa di daerahnya. Hanya saja segala peraturan yang dijalankan adalah peraturan dari Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Matadipura.

Di seluruh wilayah Mulawarman yang menjadi “taklukan” kerajaan Kutai, keamanannya dijamin oleh pasukan Kutai. Namun demikian kehidupan sehari-hari di daerah tersebut bukanlah seperti jajahan. Mereka bebas berbuat apa saja, sama dengan ketika masih berada di bawah kekuasaan Maharaja Mulawarman. Pajak “taklukan” tak diberlakukan, Kerajaan Kutai hanya mengambil hasil bumi, itupun membeli dari masyarakat. Dengan kata lain tidak melakukan paksa dan rampasan.

Pada waktu itu Kerajaan Kutai dirajai oleh Aji Muhammad Sulaiman yaitu Raja ke 19 yang dinobatkan pada tahun 1850. Pemerintahan berjalan dengan lancar dan masyarakat merasa terjamin kehidupan dan keamanannya.

Tetapi keamanan ini pada suatu ketika jadi terganggu dengan adanya kekacauan dan perampokan terhadap harta benda rakyat di daerah-daerah ulu Mahakam seperti  Long Iram, Melak, Muara Pahu, dan Kota Bangun, oleh segerombolan orang Dayak Hiban dari Serawak  yang dipimpin “ Sumbang Lawing.”  Gerombolan ini berhenti dan bermarkas di  Muara Sungai Belayan, dengan tujuan mencari hari baik untuk melakukan serangan ke ibukota Kerajaan Kutai.
Menurut cerita, Sumbang Lawing ini bertubuh besar dan tinggi serta kebal dengan senjata tajam apapun. Sumbang Lawing jika berkelahi tak pernah berhenti. Datang lima, datang sepuluh, bahkan datang duapuluh, semuanya tewas di tangannya. Menurut cerita senjata “Mendau“-nya saja selebar papan dengan panjang dua meter, sehingga sekali tebas paling sedikit lima orang yang melayang jiwanya.

Sumbang Lawing ini suka pula dengan perempuan. Baik yang masih perawan maupun  sudah bersuami. Wanita mana saja yang dikehendakinya pastilah harus didapatnya. Kalau si suami keberatan, maka tak ayal si suami pastilah menemui ajalnya.  
                     
Konon kabarnya Sumbang Lawing yang dianggap sakti ini mempunyai tempurung kepala terbuat dari tembaga, serta gigi yang penuh dengan emas. Kalau dia lagi menginang (makan sirih) pinangnya terdiri dari Putting Beliung (Kapak kecil) sedang kapurnya terbuat dari kapur gamping.

Keamanan jadi kacau dan beritanya dilaporkan pada Raja Kutai, Aji Muhamad Sulaiman, yang serta merta mengumpulkan para pembesar istana. Aji Sultan meminta masukan dari para Panglima daerah yang pernah dikacaukan oleh Sumbang Lawing. Semua perbuatan disampaikan secara terinci, begitu pula dengan kekebalan dan kesaktian Sumbang Lawing yang hampir tak tertandingi oleh siapapun juga. Namun oleh seorang Pandai  mengatakan kalau Sumbang Lawing itu pematinya hanya ada di mulut bagian langit-langitannya. Kalau di lain jangankan senjata tajam biasa, peluru meriam sekalipun tak akan mampu menembus tubuh Sumbang Lawing. Karenanya percuma saja melawan Sumbang Lawing dengan mengerahkan pasukan sepangan Kerajaan Kutai Kartanegara.

Mendengar ini akirnya dari pada membuang buang waktu dan mengorbankan prajurit, maka dilakukanlah suatu keputusan untuk melawan Sumbang Lawing dengan cara tanpa dengan prajurit yang banyak.

Untuk itu kepada Sultan Aji Muhammad Sulaiman, majulah dua orang abdi dalam bernama  “Ence Hasan“ seorang Guru Silat dan  Awang Temputuq  meminta ijin agar tugas itu diserahkan kepada mereka berdua. Mereka tidak meminta pengawalan prajurit. Yang mereka minta adalah satu buah keris kecil yang sangat beracun bernama “Burit Kang“ dan segendongan kain berwarna warni serta peralatan dagang seperti sisir dan cermin. Keduanya lalu diberi ijin dan dipenuhi segala permintaannya.

Dengan berperahu mereka memudiki sungai dan sampai ke muara Belayan di mana  gerombolan Sumbang Lawing berada. Oleh Sumbang Lawing yang melihat  kedatangan perahu lalu meminta agar mendekat ke perahunya.

“Siapa Kalian..? dan mau kemana..?!“ tanya Sumbang Lawing.
“Kami adalah pedagang kain yang hendak berjualan ke kampung sana,” jawab Ence Hasan, sambil merapatkan perahunya ke perahu Sumbang Lawing.

Sumbang Lawing lalu membuka bungkusan yang dibawa oleh Awang Temputuq. Satu-satu kain tersebut dibukanya hingga habis berhamburan di atas lantai perahunya. Setelah kain hibis, maka terlihatlah sebuah cermin yang terletak di bawah lipatan. Sumbang Lawing yang seumur hidup tak pernah melihat wajahnya melalui cermin. Jadi terpekik ketika cermin itu diarahkan kemukanya.

Dia kaget melihat ada orang berwajah jelek berada di dalam cermin tersebut. Sumbang Lawing lalu bertanya siapakah yang ada dalam cermin tersebut.? Oleh Ence Hassan, dijawab kalau itu adalah cermin dan yang dilihatnya adalah bayangan dirinya sendiri. Melihat ini dia tidak puas berkali kali dia melihat wajahnya di dalam cermin tersebut.

Ahkirnya Sumbang Lawing tertawa melihat wajahnya yang belum pernah dilihatnya. Setiap kali dia melihat wajahnya di dalam cermin dia tertawa terbahak bahak. Saat itulah kesempatan Ence Hassan menghunjamkan keris kecil bernama Burit Kang itu ke langit langit mulut Sumbang Lawing. Dengan terperanjat dan kesakitan Sumbang Lawing meronta dan melompat lompat hingga akhirnya jatuh ke dalam sungai .

Melihat kesempatan ini dengan cepat Awang Temputuk melompat pula ke dalam sungai sambil membawa mendaunya. Karena racun dari keris tersebut Sumbang Lawing jadi tak berdaya dan kekebalannyapun hilang. Dengan cepat  Awang Temputuq memenggal Kepala Sumbang Lawing yang kemudian dibawanya naik kedaratan.

Sedang Ence Hassan bertarung dengan para pengawal Sumbang Lawing. Namun karena melihat Sumbang Lawing tewas, maka tanpa dikomando anak buah Sumbang Lawing berlarian ke dalam hutan dengan cerai berai.

Dalam pertempuran dengan anak buah  Sumbang Lawing tak satupun ada anak buah Sumbang Lawing yang dibunuh oleh kedua ksatria dari Kutai ini. Masalahnya tujuan mereka hanyalah untuk melumpuhkan dan membunuh pemimpinnya. Karenanya  para gerombolan yang lari tak mereka kejar.

Para tawanan wanita dari berbagai daerah yang dibawa oleh gerombolan Sumbang Lawing lalu dibawa ke perahu oleh Awang Temputuq dan  Ence Hassan untuk dipulangkan ke daerah masing masing.

Kepala Sumbang Lawing dibawa ke Tenggarong dan diserahkan pada Aji Sultan Sulaiman sebagai bukti kalau mereka telah mengalahkan musuh yang telah mengacau negeri Kutai Kartanegara Ing Martadipura.  *habis

31 komentar:

Ohh tegak tu rupanya kesah lengkapnya, maklum nyawa dengar sepotok2 maha. oyah ni baru tahu bujur sejarah itu, itu kepalanya Sumbang lawing yg maseh ada di museum tenggarong itu kan ?

Ho'o.. iya tega' nya yg di museum tu..

mun dimuseum, yang mana hak kepalanya ? ndak jua melihati ni..

maaf lah saya orang banjar, ceritanya begitu ya, sumbang lawing banyak membunuh ksatria2 pada zaman dulu, tak di sangka matinya begitu, tapi kenapa gak diajak bertarung secara ksatria ya???

iya.. sebenarnya ceritanya ada beberapa versi.. tapi sepertinya versi yg diatas ini yg paling detail..

sumbang lawing memang banyak membunuh kesatria dan merampas harta2 bahkan orang2 dayak kayan pun harus lari dari sungai kayan ke daerah kutai karna dikejar pasukan sumbang lawing...

tidak di ajak bertarung secara kesatria karna mungkin pihak kerajaan kutai tidak mau membuang2 banyak pasukan untuk melawan Seorang Sumbang Lawing yg tak terkalahkan. dan di ketahui bahwa kelemahan sumbang lawing adalah terletak di langit2 mulutnya.. maka dari itu diperlukan siasat untuk dapat menyerang kelemahannya... jika bertarung secara langsung tentu akan sulit mencari celah, karna sumbang lawing sangat sakti...

Versi lain menyebutkan bahwa sumbang lawing dibunuh dan dipenggal kepalanya oleh Raja Kutai Sendiri...

Entahlah...

oh nang kaitu kah kisahnya!!!

berarti sumbang lawing tuh liwar sakti urangnya lah!!! maksudnya sangat sakti,..

namun ada cerita juga sumbang lawing bertarung satu lawan satu melawan datu mancang atau lancang, dan tidak ada pemenangnya,..

maaf ada kisah kah tentang sultan muhammad sulaiaman al zakaria??? terima kasih

Ooh.. iya ada cerita antara Datu Mancang (melayu) adu perlombaan dengan Sumbang Lawing (Dayak Iban). meskipun Datu Mancang memang terlihat lebih sakti dari pada Sumbang Lawing, tapi Datu Mancang tidak mau bertarung adu Fisik dgn Sumbang Lawing, karna Datu Mancang hanya ingin mendamaikan konflik Dayak Iban dgn Dayak Kayan tanpa harus mempermalukan salah satu pihak..

maka di adakan lah perlombaan membelah buah limau, dan dimenangkan oleh Datu Mancang.
Datu Mancang akhirnya menikah dengan Puteri Asung Luwan (Puteri dayak kayan).

Disinilah asal-usul suku Bulungan yg lahir dari perkawinan melayu dan dayak..

-----------
kisah tentang sultan muhammad sulaiaman al zakaria, saya tidak punya..

mun Q ndik salah lainya sumbang lawing nama.a...sumbing lawing..yg pala.a jadi tembaga hun..ada.nya di musiun tenggarong hun

Apakah ada naskah aslinya..?kalau ada saya bisa cari di mana ya..karena saya kan meneliti mengenai cerita ini..?mohon informasi..terimakasih sebelumnya..

ADA HAK LEH, KEPALA SUMBANG LAWING DI MUSIUM TU, BAHARI DI ANDAK URANG PARAK WADAH TIDUR RAJA TU, BUNGKUS KAIN KUNING, BUNYI JADI BATU KEPALA NYA TU

Di musium mulawarman di ttenggarong, kho gk ada kepalanya? Katanya di musiumkan ..

Artikel yang sangat menarik. Kebetulan saya sedang membaut sebuah artikel tentang dayak iban juga.
Salam Blogger

Tapi perlu diteliti ulang apakah benar nama sumbang lawing adalah nama dayak iban. Sebab iban tak pernah ada nama sumbang atau lawing. Nama2 khas iban sangat beda misalnya. Keling, kumang, laja, ijau lelayang, sangau, sentang. Dan yg biasa dan umum digunakan leluhur dayak iban. Malah nama dengan akhiran lawing atau awalan sumbang tak pernah dikenal dan wariskan. Kalau dari perkiraan kata lawing atau sumbang, kemungkinan nama2 orang ulu di serawak: bisa kenyah, kayan, dll ( jika tak salah)

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Kisahnya ini banyak versi saya keturunan yang tebas kepala sualing (sumbang lawing) dia orang dayak kenya dari lapetau bukan dayak iban. Ini cerita turun temurun keluarga Aji

Benehantu kesah kita itu. Dimana kita bediam. Kmi jua tegatu kesahnya turun temurun dikesahkan datok nenek kami. Amun kawa kesahkan lgi kesah Nenek Moga ngamok di Belayan

Jangan lupa kunjungi Web ane ya boss.. Linkarfakta.com

Adanya kesahnya sumbang lawing tu dari kerajaan kota bangun.. Yang membahayakan kerajaan kutai.. Lalu di utus nya 3 encek, awang dan seorang pemuda kutai.. Dan yg memenggal kepala sumbang lawing adalah pemuda kutai.. Di bawalah kepala sumbang lawing ke kutai.. Bersama encek, awang dan pemuda kutai... Lalu raja kutai memberi gelar kepada pemuda kutai sebagai remaong atau singa.. Lalu remaong sebagai panglima perang kutai..
Dikarenakan perang sesama kutai dengan ing martadipura.. Lari lah remaong dikarenakan tidak mau perang sesama kutai... Seluruh rakyat kutai mencari remaong tak ketemu...
Remaong bersembunyi di daerah menamang.. Karena tidak mau ada saling bunuh kerajaan kutai..
Ada jua kesahnya gak tuu.. Bujur dik..
Mintak penjelasan keturunan aji..

Sumbang lawing kaya nama orang Dayak kenyah deh, kalo kamu Dayak Iban Nggak ada nama yg seperti itu biasanya nama orang Iban pasti berakhir dengan kata AU & Ai misalnya lalAU, tunAI, pelAI, barAU, sinpAI, unsAU, kelingAI, kujAU,tajAU, dll

Nah tu nenek moga sakti lagi urang kutai sampe wayah nie ada rumput merah

Nah mun kesah nek moga tu dh pernah dengar jua aq tulak alm. Buyut ku di tering..itu urang tuha asli kutai yg mana bini dgn anak nya di bunuh oleh bubuhan dayak ( ndik ingat dayak apa ) pas ndak nuju ke huma sida..smpai wayah ini mseh ada rasanya TKP nya tu yg di sebut urang situ tanah merah..kesah dh lawas jdi ingat2 lupa jua dgn kesah tu

ini cerita sumbang lawing yg kemungkinan benar. bahwa ia bukan dayak iban. sebab saya Dayak Iban., nama sumbang lawing tak ada dalam leluhur dayak iban.
jadi yg mengatakan sumbang lawing adalah dayak iban adalah salah.

https://labbineka.kemdikbud.go.id/bahasa/ceritarakyat/8f53295a73878494e9bc8dd6c3c7104f


Kisah ini yg dimasyarakat beda versi kada tau mana yg bujur

Betul kah Sumbang Lawing ini ialah Dayak Kenyah bukan Dayak Iban dari Sarawak?

Mana berani kasatria Kutai adu kesaktian dengan sumbang lawing
Raja Kutai aja gak berani

Sumbang lawing itu dayak bahaw/modang..pernah nyerang ke senyiur tapi di hadang dgn jagoan senyiur yaitu nama nya motom dgn mbawen..sempat beparang betempas disenyiur baru nyerang ketengarong..bekemah di seberang tengarong..pada inti nya jgn coba2 ngelawan kerajaan kutai. Karena kerajaan kutai paling tuha di nusantara ni.

Kepala simbang lawing aj yg ad di musium, ,,kami juga masih mencari di mana kuburan ence hasan...krn kami masih turunan dari ence...

Cerita ini ga bisa di konfirmasi kebenaran nya yg membuat dan menulis siapa, sama hal cerita gajah mada, sedangkn nama lawing itu banyak di pakai org dayak bahau, bukan dayak iban, so kita tidak tau makna dari cerita yg ada entah memang real seepti itu atau ada penambahan atau klpengurangan

Taikkk yg ada 😂😂😂 gak mungkin kerajaannya kutai luas aja kalau gak berani 😂😂

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More